ALBUM-ALBUM IWAN FALS
Untuk para Fals Mania yang ingin mencari
kumpulan Album Iwan Fals terlengkap dari awal ampek paling terakhir
beserta cord gitarnya disinilah tempatnya.
Album ini diedarkan oleh LHI (Lembaga
Humor Indonesia) dibawah bendera ABC records. Ini adalah album yang
diisi rekaman live pemenang lomba musik dan baca humor yang diadakan
oleh LHI. Pengisinya adalah GM selo, Thomb Tum [komar cs], PSP, Kwartet S
(surabaya). Meskipun Iwan Fals juga menjadi pemenang lomba musik humor,
namun dalam album ini dia belum ditampilkan. Album ini sangat langka
dan sepertinya sudah tidak ada lagi dipasaran.
–***—
Yang Muda Yang Bercanda II – dalam lagu dan baca (1980)
Ini
merupakan sambungan dari jilid pertama yang merupakan satu kesatuan,
isinya masih sama yaitu rekaman live peserta lomba musik dan baca humor
yang diadakan oleh LHI. Artis pendukung yang tertulis dalam sampul album
ini antara lain Klombhoor’s Group, Tom Slepe, “IWAN FALSE” (begitulah
nama yang dipakai Iwan Fals pada album ini), Yusuf Lubis, dan mc Otong
Lenon. Iwan Fals disini menyanyikan lagu antara lain ‘Frustasi’ dan
‘Imitasi’ versi live sama persis dengan rekaman yang sekarang beredar
dalam album Frustasi kopian baru.
Album ini tidak terlalu dikenal karena pada saat itu hanya beredar terbatas dan kurang promosi.
—***—
Sesuai
dengan janjinya, pemenang lomba musik humor akan dibuatkan album
sendiri. LHI bersama ABC records menerbitkan album solo ini dari rekaman
live pada acara lomba. Pada album ini nama Iwan Fals dirubah, kalau
sebelumnya memakai nama ‘Iwan False’, diganti menjadi ‘IWAN FALES’. Pada
side A berisi lagu-lagu Iwan Fals seperti ‘Generasi Frustasi’, ‘Dongeng
Tidur’, ‘Imitasi’, ‘Kisah Motorku’ dan ‘Johni Kesiangan’. Pada side B
diisi dengan lagu ‘Pengamen’ dan ‘Jaman Edan’ dari Tom Slepe juga lagu
‘Pie-Pie’ serta ‘Disco Cangkeling’ dari Pusaka Jaya.
Penjualan album ini sangat kecil , karena pada saat itu dianggap album rendahan yang disetarakan dengan album-album dangdut.
—***—
Dan
pada album inilah debut Iwan Fals dimulai. Masih bersama ABC records,
Iwan diberikan sebuah album penghargaan karena dia telah memenangi lomba
musik humor. Album ini hanya berisi 4 buah lagu yang diambil dari album
Canda Dalam Nada yang semuanya dinyanyikan oleh Iwan Fals dan dibantu
GM Selo (Gerak Musik Seloroh) juara lomba lawak mahasiswa yang
anggotanya adalah Pepeng, Krisna Abu, Bang Nana, Mas Taufik. Nama Iwan
Fals disini ditulis dengan ejaan “Iwan Fales”. Dan cover album ini yang
berupa karikatur digambar oleh Dwi Koen seorang kartunis yang terkenal
dengan tokoh karikatur Panji Koming. Semua debut Iwan Fals bersama ABC
records tidak lepas dari peran Arwah Setiawan.
—***—
Bersama
grup bandnya yang bernama Amburadul, dapat dikatakan ini adalah album
pertama Iwan Fals, seluruhnya berisi lagu baru dengan single hits lagu
‘Perjalanan’. Album ini dikerjakan dengan profesional. Aroma Bob Dylan
sangat kental disini ditambah dengan suara Iwan yang ‘nyempreng’ dan
irama country ballads sangat sesuai dengan lirik yang sangat sosial.
Pada album ini nama Helmie dan Totok Gunarto bernyanyi pada beberapa
lagu seperti Alasan, Ibu, Gaya Travolta dan Inspirasi. Namun sayangnya
album ini dapat dibilang gagal dipasaran. Album ini adalah lanjutan dari
kontrak dengan LHI untuk mengorbitkan pemenang lomba musik humor. ABC
records rupanya masih ragu-ragu mengorbitkan Iwan Fals yang menyanyikan
lagu dengan lirik sosial, karena pada saat itu yang memiliki nilai jual
tinggi adalah lagu-lagu yang bernuansa cinta. Lagu-lagu dalam album ini
adalah ‘Perjalanan’, ‘Aku Berjalan’, ‘Pemborong Jalan’, ‘Mak’, ‘Wanita
Tiruan’, ‘Bencana Alam’, ‘Alasan’, ‘Inspirasi’, ‘Gaya Travolta’, ‘Ibu’
—***—
Album
ini berisi lagu baru yaitu ’3 Bulan’ dinyanyikan oleh Iwan Fals,
‘Tengkulak’ oleh Totok Gunarto, ‘Model Gombrang’ juga oleh Totok Gunarto
dan ‘Surat Dari Paman Di Desa’ oleh Helmie. Selebihnya diisi lagu-lagu
dari album ‘Perjalanan’.
Sebenarnya meski kadang Iwan Fals di
beberapa albumnya yang meluncur hanya terdapat sekitar 2 ataupun 3 lagu
namun tidak menjadi berkurangnya antusias penggemarnya untuk
mengoleksinya. Karena memang salah satu ciri lagu lagu Iwan Fals adalah
tak mudah bosan untuk dinyanyikan meski bukan pada era atau jamannya.
—***—
Album
ini dapat dibilang adalah awal karir Iwan Fals di dunia musik
profesional Indonesia. Setelah kontrak dengan ABC records selesai,
Musica rupanya mencium bakat Iwan yang dapat dikembangkan, lantas Musica
meneken kontrak dengan Iwan Fals. Album perdana Iwan Fals bersama
Musica Studio’s benar-benar dikerjakan secara serius. Lihat saja musisi
pendukungnya bukan orang sembarangan. Music director dikerjakan oleh
Willy Soemantri, didukung oleh Amir Katamsi, Luluk Purwanto dan yang
hebat lagi Idris Sardi menjadi bintang tamu mengisi suara biola pada
lagu ‘Guru Oemar Bakrie’. Begitu beredar, album ini langsung menjadi
pembicaraan. Masyarakat Indonesia yang pada saat itu kenyang disuguhi
lagu dengan nuansa cinta mungkin kaget mendengar lirik lagu Iwan Fals
yang bernuansa sosial yang sangat mewakili kehidupan masyarakat saat
itu. Tak lama kemudian album ini meledak dipasaran, hampir seluruh
stasiun radio menjadikan lagu ‘Guru Oemar Bakrie’ pada puncak tanggal
lagu mereka. Album ini menjadi titik awal perubahan warna musik
Indonesia.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Sarjana Muda’, ‘Guru Oemar Bakrie’,
‘Bung Hatta’, ‘Doa Pengobral Dosa’, ‘Si Tua Sais Pedati’, ‘Ambulance
Zig Zag’, ‘22 Januari’, ‘Puing’, ‘Yang Terlupakan’, ‘Bangunlah Putra
Putri Pertiwi’.
—***—
Melanjutkan
sukses album pertama dibawah bendera Musica, album ini juga meraup
untung besar. Dengan musisi pendukung yang hampir sama, album ini
menjadi lebih ‘nakal’ liriknya. Lagu ‘Galang Rambu Anarki’ menyentuh
emosi pendengarnya, rupanya Iwan Fals pandai mengambil momen kenaikan
harga BBM yang dianggap tinggi saat itu bersamaan dengan kelahiran anak
pertamanya menyebabkan harga-harga menjadi melonjak. Keadaan seperti ini
sangat mewakili emosi masyarakat saat itu, sehingga begitu album ini
beredar langsung meledak. Pantas saja, karena hanya Iwan Fals yang
memiliki keberanian menyuarakan protes secara vulgar melalui lagu pada
saat itu. Ada lagi lagu ‘Obat Awet Muda’ yang liriknya gamblang
menceritakan perselingkuhan membuat panas telinga hidung belang, juga
lagu ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’ yang sebenarnya lagu cinta,
namun oleh sebagian orang diartikan sebagai suatu penghinaan secara
halus terhadap penguasa saat itu. Kontroversi tersebut semakin membuat
laku penjualan album ini
Sejak album ini beredar, konon Iwan Fals mulai diawasi dengan pemerintah
saat itu (Soeharto). Dan konon Iwan Fals sering didatangi oknum yang
mengintimidasinya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Galang Rambu Anarki’, ‘Obat Awet Muda’,
‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’, ‘Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak
Lagi’, ‘Sapuku Sapumu Sapu Sapu’, ‘Opiniku’, ‘Ambisi’, ‘Tak Biru Lagi
Lautku’, ‘Tarmijah Dan Problemnya’.
—***—
Ian
Antono dan Abadi Soesman menjadi musisi pendukung dalam album ini,
menjadikan warna baru dalam lagu-lagu Iwan Fals. Lirik lagu Iwan sedikit
melunak dan lebih banyak kearah percintaan namun tetap dalam lirik yang
gamblang. Hanya lagu ‘Sumbang’ yang lebih keras lirik protesnya.
Sepertinya Iwan Fals memprotes tekanan pada dirinya setelah peredaran
album ‘Opini’. Lagu ini benar-benar lagu pemberontakan jiwa Iwan yang
disajikan dengan lirik vulgar dan panas. Musik yang ada sedikit
‘dangdut’ nya cepat diterima pendengar dan mudah diingat. Dan ada lagu
‘Celoteh Camar Tolol Dan Cemar’ yang menceritakan tenggelamnya kapal
penumpang Tampomas II. Ada kesalahan cetak dalam album ini yaitu lagu
“Jendela Kelas I’, seharusnya judul hanya Jendela Kelas namun ketambahan
angka I (satu), maksudnya angka I (satu) tersebut adalah editing
pertama.
Dan lagi-lagi album ini menjadi kontroversi, dan Iwan tetap saja diawasi dengan pemerintah.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Sumbang’, ‘Kereta Tiba Pukul Berapa’,
‘Semoga Kau Tak Tuli Tuhan’, ‘Puing’, ‘Jendela Kelas I’, ‘Berikan Pijar
Matahari’, ‘Siang Pelataran SD Sebuah Kampung’, ‘Asmara Tak Secengeng
Yang Aku Kira’, ‘Celoteh Camar Tolol Dan Cemar’.
—***—
Lagu
‘Sugali’ menjadi hits, dikerjakan bersama Chilung Ramali, menceritakan
tentang preman yang menjadi target sasaran petrus (penembak misterius)
yang marak pada dekade 80-an. Tetapi yang menjadi persoalan pada album
ini yaitu adanya lagu ‘Serdadu’ yang isinya bercerita tentang prajurit
yang kurang diperhatikan kesejahteraannya, yang gajinya dipotong oleh
komandannya. Lirik lagu ini mendapat perhatian oleh banyak petinggi ABRI
(saat itu, sekarang TNI) dan dianggap suatu pelecehan, namun kurang
diekspos, mungkin mereka takut terbuka kebenarannya.
Isi album ini adalah ‘Sugali’, ‘Rindu Tebal’, ‘Siang Seberang Istana’,
‘Serdadu’, ‘Nak’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Tolong Dengar
Tuhan’, ‘Azan Subuh Masih Ditelinga’.
—***—
Bersama
music director Willy Soemantri, Iwan membuka diri menerima karya orang
lain untuk dinyanyikan. Hanya lagu ‘Jangan Bicara’ yang diciptakan oleh
Iwan Fals. Selebihnya diciptakan oleh Diat, Yoesyono, Chilung Ramali,
Jaya Susanto, Dama, Richard Kyoto, Tommy dan Marie, Willy dan Tommy.
Lagu ‘Barang Antik’ bercerita tentang angkutan tua (oplet) yang tergusur
dengan angkutan lain seperti bis, mikrolet dan bajaj namun tetap
beroperasi dipinggiran kota. Lagu ‘Jangan Bicara’ menjadi kontroversi
karena liriknya yang terlalu pedas bagi sebagian orang. Tetapi masalah
itu lagi-lagi tidak terekspos, inilah pandainya pemerintahan saat itu
yang rapi menutupi kesalahan agar tidak banyak orang memahami. Dan
hasilnya konon Iwan mendapat teguran keras dari pemerintah agar tidak
menerbitkan karya yang menyinggung politik.
Lagu-lagu pada album ini ‘Barang Antik’, ‘Kumenanti Seorang Kekasih’,
‘Sunatan Masal’, ‘Jangan Bicara’, ‘Asmara Dan Pancaroba’, ‘Tante Lisa’,
‘Salah Siapa’, ‘Nyanyianmu’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Neraka Yang
Asyik’.
—***—
Masih
bersama Willy Soemantri, album ini meledak dipasaran. Karena muncul
bersamaan dengan film yang dibintangi Iwan Fals dengan judul ‘Damai Kami
Sepanjang Hari’. Film ini bercerita tentang kehidupan pengamen yang
menjadi sukses rekaman dan diisi dengan lagu-lagu Iwan. Kurang lebih
menceritakan kehidupan sesungguhnya Iwan Fals meskipun ada bumbu-bumbu
pemanis sedikit. Album ini secara tidak langsung dapat dikatakan menjadi
soundtrack film tersebut. Album ini seperti menjadi jawaban Iwan
terhadap teguran pemerintah, lirik dalam album ini biasa-biasa saja,
tidak begitu menggigit seperti album terdahulu. Lebih banyak pada unsur
komersil seperti percintaan, namun itulah yang laku. Rupanya Musica
ingin mengimbangi pasar yang saat itu memang sedang demam percintaan.
Ada lagu yang sedikit ‘nakal’ namun hanya dirasakan sedikit orang yaitu
lagu ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ yang berkisah tentang penggusuran. ‘Sore
Tugu Pancoran’ bercerita tentang anak sekolah yang menjadi penjual
koran. Jadi hanya menyentuh sedikit kalangan. Tetapi lagu percintaan-lah
yang menjadi hits di radio-radio seperti lagu ‘Yang Tersendiri’ karya
Tommy dan Marie.
Lagu-lagunya adalah ‘Sore Tugu Pancoran’, ‘Aku Antarkan’, ‘Ujung Aspal
Pondok Gede’, ‘Tince Sukarti Binti Machmud’, ‘Yang Tersendiri’, ‘Angan
dan Ingin’, ‘Berapa’, ‘Damai Kami Sepanjang Hari’, ‘Intermezo’, ‘Cik’.
—***—
Album
ini dapat dibilang bagi-bagi rezeki antara Iwan Fals dengan
kawan-kawannya sesama pengamen yang tergabung dalam Kelompok Pengamen
Jalanan (KPJ). Dengan menggunakan nama Iwan Fals yang sudah terkenal,
KPJ membuat album ini didukung oleh Herry Lintauw, Anto Baret, Swartato,
Eko Partiteur. Iwan sendiri hanya bernyanyi penuh pada lagu ‘Kembang
Pete’, ‘Kupaksa Untuk Melangkah’, dan ‘Dua Menit Sepuluh Detik’. Sawung
Jabo turut berpartisipasi dalam lagu ‘Penari Jalanan’.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk
Melangkah’, ‘Senandung Istri Bromocorah’, ‘Kaum Urbanis’, ‘Krisis
Pemuda’, ‘Serenade’, ‘Sumbang’, ‘Warijem Dan Tukiman’, ‘Penari Jalanan’,
‘Dua Menit Sepuluh Detik’.
—***—
Diilhami
dari bencana kelaparan di Ethiopia, album ini cukup laris dipasaran
karena peredarannya sangat pas dengan momen tersebut. Ada lagu ‘Willy’
yang bercerita tentang sahabat Iwan yaitu WS.Rendra yang kabarnya
mengasingkan diri karena dicekal oleh pemerintah sebab puisi-puisinya
yang keras. Lagu ‘Tikus-Tikus Kantor’ yang liriknya menarik dan lucu
sangat sesuai dengan kenyataan. Dan lagu ’14-4-84’, konon lagu ini
sempat dilarang dinyanyikan oleh aparat kepolisian saat Iwan konser di
Sumatera, terjadi perdebatan namun tetap dilarang dinyanyikan dengan
alasan yang tidak jelas. Kalau diperhatikan lirik lagu ini hanya
bercerita tentang cinta dan bangganya Iwan kepada istri dan anaknya.
Sampai sekarang alasan pelarangan itu tidak jelas dan tidak masuk akal.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Ethiopia’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Tikus Tikus
Kantor’, ‘14-4-84’, ‘Willy’, ‘Entah’, ‘Kontrasmu Bisu’, ‘Berandal Malam
Di Bangku Terminal’, ‘Lonteku’, ‘Bunga Bunga Kumbang Kumbang’.
—***—
Album
ini meledak dipasaran karena lagu ‘Aku Sayang Kamu’ yang cocok dengan
remaja yang sedang kasmaran, dan saat itu lagu-lagu cinta banyak yang
‘cengeng’, Iwan menciptakan lagu cinta dengan musik gembira dan lirik
gamblang. Musik directornya Bagoes A.A., lagu-lagunya begitu nge-pop.
Selama beberapa bulan lagu ini menduduki puncak tanggal lagu di
radio-radio. Pada album ini sebenarnya sudah siap untuk dimasukkan lagu
yang berjudul
Anissa.
Tetapi entah mengapa lagu yang berkisah tentang istri Iwan Fals yang
sedang mengandung anak keduanya tidak jadi ditampilkan. Kemungkinan
adalah begitu gamblangnya kata-kata pada lirik lagu ini yang cukup
keras. Pada sampul album ini pada bagian penata musik, judul lagu
Anissa tertera disana.
Isinya adalah ‘Aku Sayang Kamu’, ‘Gali Gongli’, ‘Timur Tengah I’,
‘Jangan Tutup Dirimu’, ‘Selamat Tinggal Malam’, ‘Ya Hui Ha He Ha’,
‘Yayaya Oh Ya’, ‘Lho’, ‘Timur Tengah II’, ‘Kota
—***—
Album
ini dikerjakan Iwan bersama sahabat lamanya yaitu Dama Gaok dan Maman
Piul. Hits ‘Lancar’, ‘Kereta Tua’ dan ‘Nenekku Okem’ memiliki irama
country khas Iwan. Pada lagu ‘Yakinlah’ Iwan berduet dengan Elly
Sunarya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Lancar’, ‘Kuli Jalan’, ‘Kereta Tua’,
‘Columbia’, ‘Yakinlah’, ‘Kota’, ‘Sentuhan’, ‘Cantik Munafik’, ‘Nelayan’,
‘Nenekku Okem’.Album ini dikerjakan Iwan bersama sahabat lamanya yaitu
Dama Gaok dan Maman Piul. Hits ‘Lancar’, ‘Kereta Tua’ dan ‘Nenekku Okem’
memiliki irama country khas Iwan. Pada lagu ‘Yakinlah’ Iwan berduet
dengan Elly Sunarya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Lancar’, ‘Kuli Jalan’, ‘Kereta Tua’,
‘Columbia’, ‘Yakinlah’, ‘Kota’, ‘Sentuhan’, ‘Cantik Munafik’, ‘Nelayan’,
‘Nenekku Okem’.
—***—
Album
yang musiknya digarap Bagoes A.A. ini meledak dipasaran menjelang
pemilu dan menimbulkan kontroversi yang hebat. Iwan kembali membangkang
setelah sekian album melunak kembali dia menjadi ‘nakal’. Lagu ‘Wakil
Rakyat’ yang mengisahkan wakil rakyat yang suka tidur waktu rapat
ditanggapi sinis oleh penguasa. Lagu ini bahkan sempat di cekal tidak
boleh ditayangkan di televisi karena dianggap mengganggu stabilitas
politik. Namun Iwan dan Musica tidak kurang senjata, hits ‘Mata Indah
Bola Pingpong’ menjadi cadangan yang tidak kalah larisnya. Radio-radio
meletakkan lagu ini pada puncak tangga lagu Indonesia selama beberapa
bulan. Juga ada lagu ‘Potret Panen’ yang berkisah tentang bencana hama
wereng yang menghabiskan panenan padi petani.
Lagu-lagunya adalah ‘Mata Indah Bola Pingpong’, ‘Surat Buat Wakil
Rakyat’, ‘Teman Kawanku Punya Teman’, ‘Emak’, ‘Potret Panen Mimpi
Wereng’, ‘Diet’, ‘Libur Kecil Kaum Kusam’, ‘Dimana’, ‘Guru Zirah’,
‘PHK’.
—***—
Tidak
ada lagu baru di album ini. Hanya lagu lama yang dinyanyikan ulang
yaitu lagu ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang Tersendiri’,
‘Sebelum Kau Bosan’ dan ‘Aku Antarkan’. Selebihnya hanya lagu lama dan
single ‘Kemesraan’ karya Franky S versi keroyokan dengan artis-artis
Musica diikutkan dalam album ini. Music directornya Bagoes A.A. Pada
album ini suara Iwan lebih berat dan tidak ‘nyempreng’ seperti
sebelumnya. Disini Iwan mulai mengalami perubahan gaya vokal dan musik.
Lagu ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’ mencetak hits, karena versi baru
ini terus terang lebih enak didengar.
Lagu-lagunya adalah ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang
Tersendiri’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Jangan
Tutup Dirimu’, ‘Kemesraan’, ‘Nyanyianmu’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Entah’, ‘Aku
Antarkan’.
—***—
Kedekatan
Iwan Fals dengan Ian Antono semakin akrab pada album ini. Iwan
mempercayakan Ian menjadi music director, seketika warna musik Iwan
berubah menjadi lebih nge-rock dan garang. Lagu ‘1910’ yang menceritakan
tentang kecelakaan kereta api di Bintaro pada tanggal 19 Oktober
dibawakan Iwan dengan gaya bernyanyi yang tidak seperti biasanya. Iwan
seperti mendapat atmosfir baru pada lagu-lagunya yang lebih terkesan
dewasa. Album ini mendapat sambutan positif. Beberapa lagunya meledak
dan album ini mencatat penjualan yang besar. Lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’
yang ternyata ‘titipan’ produser kepada Iwan agar dibuatkan lagu untuk
remaja, dan kabarnya Iwan sebenarnya enggan dan terpaksa menulis lagu
ini hanya untuk menyenangkan produser ternyata meledak luar biasa.
Posisi teratas tangga lagu tidak tergeser selama beberapa bulan di
radio-radio, membuktikan bahwa Iwan memiliki nilai jual yang tinggi.
Lagu lainnya seperti ‘Ibu’ dan ‘Pesawat Tempurku’ juga sempat menduduki
top 10 tangga lagu Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’, ‘Ada Lagi Yang Mati’,
‘Ibu’, ‘Mimpi Yang Terbeli’, ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’, ‘Nak’,
‘Semoga Saja Kau Benar’, ‘Engkau Tetap Sahabatku’, ‘Pesawat Tempurku’,
‘1910’.
—***—
Album
ini adalah gebrakan terbesar sepanjang sejarah musik Iwan Fals.
Setiawan Djodi selaku pemilik Airo Records tertarik dengan kolaborasi
Iwan dan Ian Antono pada album 1910. Dia mengajak Iwan dan Ian bergabung
dibawah bendera perusahaan rekamannya untuk membuat album Mata Dewa.
Kebetulan kontrak Iwan dengan Musica sudah berahir.
Album ini dikerjakan dengan sangat profesional didukung teknologi yang
canggih. Hasilnya, luar biasa, meledak dipasaran. Vokal Iwan menjadi
lebih nge-rock, musiknya kental dengan nuansa rock – ballads.
Sebenarnya pada album ini sebagian adalah lagu lama yang di aransmen
ulang dengan gaya vokal Iwan yang berbeda. Lagu ‘Mata Dewa’ menjadi
hits, pada lagu ini Setiawan Djodi ikut menjadi backing vokal, lagu
‘Nona’, ‘Air Mata Api’, hebat. Lagu lama yang di aransmen ulang adalah
‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘PHK’, ‘Bakar (atau Timur Tengah II)’,
dikerjakan dengan serius dan bermutu. Lagu lama yang menjadi super hits
di album ini adalah lagu ‘Yang Terlupakan’.
Setiawan Djodi menghabiskan banyak dana untuk album ini karena ternyata
dia memang salah satu fans berat Iwan Fals. Dan hasilnya tidak sia-sia.
Yang mengecewakan adalah, agenda promosi album dengan melakukan tur 100
kota di Indonesia tiba-tiba dibatalkan oleh kepolisian dengan alasan
keamanan, karena konser tunggal Iwan sebelumnya selalu berbuntut
kerusuhan. Padahal izin sudah dipegang dan alat-alat sudah dikirim ke
lokasi konser, persiapan sudah matang tinggal show saja.
Lobi-lobi dilakukan oleh Setiawan Djodi yang dikenal dekat dengan
penguasa tetap mental. Kabarnya penguasa saat itu tidak mau nama besar
Iwan Fals semakin berkibar dengan dukungan finansial yang luar biasa
dari Djodi. Ahirnya konser tetap batal dan semua menerima dengan berat
hati. Iwan sendiri setelah kejadian ini menjadi ngambek dan hampir putus
asa tidak mau bernyanyi lagi.
Lagu dalam album ini adalah ‘Mata Dewa’, ‘PHK’, ‘Nona’, ‘Air Mata Api’,
‘Bakar’, ‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Yang Terlupakan’, ‘Perempuan
Malam’, ‘Pinggiran Kota Besar’.
—***—
Setelah
pelarangan konser 100 kota, diam-diam Setiawan Djody mempersiapkan
proyek ‘rahasia’. Djodi membentuk sebuah grup band yang bernama Swami
dengan Iwan Fals sebagai vokalisnya. Didukung oleh musisi top seperti
Sawung Jabo, Naniel, Innisisri, album ini dikerjakan dengan serius dan
matang. Tanpa banyak gembar gembor, album ini diluncurkan. Pada sampul
album ini nama Iwan Fals dicantumkan diatas nama Swami, rupanya Djodi
merasa tanpa nama Iwan album tidak akan dilirik. Hasilnya, orang
penasaran membeli album karena ada nama Iwan Fals bukan karena nama
Swami yang tidak dikenal sama sekali. Album ini secara tiba-tiba meledak
dipasaran, angka penjualannya sangat tinggi, konon mencapai 800 ribu
kopi dalam sebulan padahal tanpa promosi besar-besaran. Ternyata yang
menyebabkan laku keras adalah nama Iwan Fals dan lagu yang dibawakan
yaitu ‘Bento’ dan ‘Bongkar’. Lagu ini sangat keras dan menikam liriknya.
Sebentar saja lagu ‘Bento’ menjadi ‘trade mark’ Iwan Fals. Dimana ada
Iwan disitu ada ‘Bento’, penjualan kaus, poster dan segala pernak-pernik
bertuliskan Iwan, Swami, Bento laku keras di kaki-kaki lima. Sampai
sekarangpun siapa yang tidak tahu lagu ‘Bento’ dan mendengar kata
‘Bento’ pasti identik dengan Iwan Fals. Hal yang tidak disangka oleh
Djodi dan kawan-kawan. Bagi Iwan sendiri bisa dibilang ini adalah puncak
kejayaan karir bermusiknya. Tetapi selalu saja ada kerikil yang
menghadang, penguasa rupanya agak panas telinganya mendengar lagu Bento
yang katanya sih dianggap menghina Tommy Soeharto anak presiden saat itu
(Soeharto). Namun berkat dukungan kuat Setiawan Djody, kerikil itu
tidak terlalu mengganggu dan dapat disingkirkan.
Lagu pada album ini ‘Bento’, ‘Bongkar’, ‘Badut’, ‘Eseks Eseks Udug
Udug-Nyanyian Ujung Gang’, ‘Potret’, ‘Bunga Trotoar’, ‘Oh Ya’, ‘Condet’,
‘Perjalanan Waktu’, ‘Cinta’.
—***—
Menyusul
sukses album Swami, ambisi Setiawan Djodi dalam musik semakin meluap.
Didukung musisi dari Swami ditambah dengan WS.Rendra dan Kelompok
Bengkel Teater juga Jocky S., Djodi membentuk band baru lagi yang
bernama Kantata Takwa. Vokalis utama tetap Iwan Fals. Album perdana ini
dikerjakan lebih gila lagi dari album lainnya, konsep musik yang
fenomenal dan megah mengantarkan grup ini menjadi grup papan atas yang
tidak ada bandingannya. Album ini benar-benar hebat dan menjadi album
paling dicari saat itu. Mungkin kita masih ingat bagaimana ratusan orang
sampai harus antri di toko-toko kaset hanya untuk membeli kaset ini.
Konsep musik dan seni yang fenomenal ini tidak lepas dari kerjasama yang
kompak, Iwan menyanyikan lagu yang liriknya sangat puitis yang sebagian
dikerjakan oleh Rendra dengan semangat totalitas yang tinggi, dipadu
dengan musik yang jelas bukan kerjaan pemusik kacangan. Konser-konser
Kantata yang digelar sampai membludak penontonnya. Airo Records meraup
keuntungan yang luar biasa dari proyek ini. Dan lagi-lagi Iwan Fals lah
yang memegang peranan utama.
Sampai saat ini album ini belum ada tandingannya dan tidak ada yang bisa menyamai baik dalam lagu maupun liriknya.
Lagu pada album ini adalah ‘Kantata Takwa’, ‘Kesaksian’, ‘Orang Orang
Kalah’, ‘Paman Doblang’, ‘Balada Pengangguran’, ‘Nocturno’, ‘Gelisah’,
‘Rajawali’, ‘Air Mata’, ‘Sang Petualang’.
—***—
Sukses
dengan Swami dan Kantata, Iwan lantas tidak menjadi malas. Dibawah
bendera Indo Music Box Iwan meluncurkan album Cikal. Cikal adalah nama
putri Iwan yang ke dua. Iwan merasa tidak adil kalau galang putra
pertamanya dia buatkan lagu, lantas putri keduanya kenapa tidak.
Meskipun terlambat (cikal lahir tahun 80-an), maka cikal dibuatkan album
khusus untuknya. Namun jangan dikira album ini isinya puji-pujian
kepada anak dengan bahasa yang sederhana, lirik dalam album ini begitu
dalam dan berat, kental nuansa seni tingkat tinggi. Pendukung dalam
album juga bukan musisi sembarangan, ada Gilang Ramadhan, Cok Rampal,
Totok Tewel, Embong Raharjo, Mates dan Mahesa Ibrahim. Musik yang
ditampilkan jauh berbeda dengan Kantata atau Swami, aroma flute dan
perkusi terasa jelas disini.
Sayang album ini tidak begitu laku dipasaran, mungkin tidak semua orang
bisa menerima gaya musik yang ada di album ini. Tetapi sekarang album
ini malah menjadi salah satu album yang dicari penggemar Iwan Fals,
karena sudah jarang ada di toko kaset.
Lagu-lagunya adalah ‘Intro’, ‘Untuk Yani’, ‘Cikal’, ‘Pulang Kerja’,
‘Alam Malam’, ‘Ada’, ‘Untuk Bram’, ‘Cendrawasih’, ‘Proyek 13’, ‘….’.
—***—
Setiawan
Djodi kembali mengajak Iwan Fals membuat album Swami jilid II. Namun
album ini tak seheboh album yang pertama. Penjualannya biasa-biasa saja.
Hits nya juga kurang menarik dibawakan oleh Sawung Jabo. Iwan Fals
sendiri malah tidak menjadi vokalis utama pada hits yang dipromokan. Ada
satu lagu yang agak lumayan yang dinyanyikan Iwan yaitu lagu ‘Nyanyian
Jiwa’ dan ‘Kebaya Merah’. Pada cover album, nama Iwan tidak ditampilkan
tidak seperti album Swami yang perdana.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Hio’, ‘Kuda Lumping’, ‘Kebaya Merah’, ‘Robot
Bernyawa’, ‘Na Na Na Na’, ‘Nyanyian Jiwa’, ‘Sangkala’, ‘Koran’, ‘Rog
Rog Asem’.
—***—
Album
ini menjadi salah satu masterpiece dari Iwan Fals, karena proses
rekamannya secara live tanpa di edit. Dan Iwan hanya bernyanyi pakai
gitar dan Harmonika yang dimainkan sendiri, tanpa musik pengiring tanpa
backing vokal. Hits dalam album ini adalah ‘Belum Ada Judul’, lagu yang
sederhana namun dalam maknanya. Kesederhanaan Iwan disini tetap menjadi
jaminan nilai jual. Dibawah bendera Harpa records, album Iwan tampil
dengan polos yang menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan Fals.
Lagu-lagunya ‘Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’,
‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’,
‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’,
‘Coretan Dinding’.
—***—
Disini
Iwan dan beberapa musisi seperti Heirrie Buchaery, Jerry Soedianto, Cok
Rampal, Bagoes AA, Iwang Noorsaid, Arie Ayunir dan Jalu mencoba membuat
konsep musik yang sangat alam dipayungi bendera Pro Sound. Bagi
sebagian orang yang mendengar musik ini mungkin mengatakan aneh, tapi
inilah seni yang tidak bisa diukur dari sudut pandang manapun. Album ini
sekarang menjadi buruan para fans Iwan Fals juga kolektor musik, karena
mulai jarang ada di pasaran.
Lagu-lagunya adalah ‘Lagu Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’, ‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’, ‘Hijau’.
—***—
Iwan
dan musisi pendukung dalam grup Swami membentuk grup band Dalbo,
musiknya sederhana namun berbobot. Sayang penjualan album ini tidak
terlalu laku. Untuk sekila kalinya album ini tidak menyertakan nama Iwan
Fals di cover depannya. Jadi para penggermarnya yang kurang teliti acuh
aja. Liat aja album yang sama sebelumnya. Memang hanya gara gara nama
seorang Iwan Fals bisa menggenjot pasaran para penggemarnya.
Lagu-lagunya adalah ‘Hura Hura Huru Hara’, ‘Kwek Kwek Kwek’, ‘Ini Si
Trendy’, ‘Sudrun’, ‘Dunia Binatang’, ‘Hua Ha Ha’, ‘Karena Kau Bunda
Kami’, ‘Aku Bosan’, ‘Bidadari Senjakala’, ‘Dalbo’.
—***—
Bersama
Billy J. Budiharjo Iwan membuat album baru yang dari judulnya sudah
menarik perhatian. ‘Orang Gila’ menjadi hits yang lumayan laku bersama
lagu ‘Awang Awang’ dan ‘Satu Satu’. Pada album ini Iwan seperti agak
kehilangan jati dirinya, meskipun suaranya tetap lantang dan berbobot,
namun mulai terasa ada yang berubah pada diri Iwan. Penjualan lagu ini
juga laku keras.
Meski ada yang beda dengan sang maestro ini tapi malah sepertinya penggemarnya merasa ada yang unik.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Orang Gila’, ‘Awang Awang’, ‘Satu Satu’, ‘Lagu Cinta’, ‘Doa Dalam Sunyi’, ‘Lingkaran
—***—
Iwan
Fals bersama Sawung Jabo meluncurkan album Anak Wayang ini untuk
mengisi kekosongan yang ada, Iwan yang mulai gelisah berkarya, dibantu
oleh Jabo untuk bangkit. Hasilnya album ini yang sederhana dan berbobot.
Dan para penggemarnya yang haus akan Iwan Fals sangat menunggu album ini, maka penjualannya pun juga lumayan meledak.
Lagu dalam album ini ‘Lingkaran Aku Cinta Padamu’, ‘Dihatimu Aku
Berlindung’, ‘Anak Wayang’, ‘Nasib Nyamuk’, ‘Jogja’, ‘Telaga Dan
Bencana’.
—***—
Single
yang dinyanyikan bersama Franky S dan musik oleh Ian Antono. Kabarnya
single ini dimunculkan sebagai rasa terima kasih Iwan Fals kepada Franky
S yang pernah memberikan lagu Kemesraan untuk dinyanyikan Iwan Fals.
Seperti diketahui single Kemesraan menjadi booming setelah dinyanyikan
Iwan Fals bersama artis-artis Musica, walaupun sebenarnya lagu ini sudah
pernah dibawakan oleh Franky dan Jane juga oleh Iwan Fals bersama
Rossana istrinya dan Galang Rambu Anarki (Alm) anaknya tetapi kurang
mendapatkan respon pasar. Iwan Fals merasa mempunyai hutang budi
sehingga membuat lagu Terminal untuk dinyanyikan bersama Franky S dan
musiknya dikerjakan Ian Antono.
—***—
Single
yang musiknya dikerjakan oleh Ian Antono. Dikemas dalam bentuk album
yang dipadu dengan lagu-lagu lama Iwan Fals, pada side B diisi lagu dari
pendatang baru yang bernama Bobby Eress. Lagu ini sendiri musiknya
cukup sederhana namun liriknya sangat mewah, dan pantas menjadi salah
satu single terbaik milik Iwan Fals.
Penjualannya mungkin tidak sebagus
single-single yang lain mungkin dikarenakan hanya ada satu lagu baru dan
lagu Iwan fals hanya ada sedikit sisanya lagu milik penyanyi lain.
—***—
Single
yang dinyanyikan bersama Franky S dan musik oleh Ian Antono. Merupakan
lanjutan kerjasama mereka setelah meluncurkan single Terminal yang
sukses dipasaran. Single Orang Pinggiran juga mendapat respon positif di
dunia musik Indonesia. Angka penjualannya termasuk tidak mengecewakan.
Kolaboransi dengan Franky S juga cocok karena Franky S sendiri punya
warna music yang tidak jauh dengan Iwan Fals, tak heran kalau penggemar
ke duanya ingin kolaborasi itu dilanjutkan di lain album. Liat saja tiap
konsernya keduanya seperti memberi warna kolaborasi yang baru dan unik
bagi penggemarnya.
—***—
Single
ini dipesan oleh komunitas penggemar panjat tebing, dipakai sebagai
lagu wajib komunitas tersebut. Kecintaan Iwan Fals pada alam dianggap
dapat mewakili. Album ini dikemas dalam konsep yang sederhana
menggunakan sampul dari kertas daur ulang. Album ini sekarang sangat
jarang di jual sehingga menjadi salah satu buruan para fans dan
kolektor. Iwan hanya menyanyikan lagu ‘Lagu Pemanjat’ selebihnya
dinyanyikan oleh Cok Rampal dan Harry Suliztiarto.
Lagu-lagunya ‘Lagu Pemanjat’, ‘Pada Batu Dalam Diam’, ‘Yang Mana Jalan
Ke Situ’, ‘Kudatangkan Tubuhmu’, ‘Lagu Lama Gaungnya Rata’, ‘8,8 mm
Dalam Kuasamu’, ‘Iya Memang Kamu’, ‘Cair Lalu Mencari’.
—***—
Melanjutkan
sukses Kantata Takwa, Setiawan Djodi kembali mengajak Iwan Fals dan
kawan-kawan meluncurkan album Kantata Samsara. Album ini sejenis dengan
Kantata Takwa, sama fenomenalnya dan megah. Namun pada setiap konser
yang digelar dengan megah dan mewah selalu dikotori dengan ulah oknum
yang tidak bertanggung jawab. Pada puncaknya saat konser di Senayan
tanggal 6 Juli 1998, konser terpaksa dihentikan karena terjadi kerusuhan
besar. Kejadian ini semakin memojokkan citra Iwan Fals yang selalu
dianggap biang kerusuhan, Iwan pun membantah, apa alasannya Iwan dituduh
penyulut kerusuhan. Dan timbul kabar, memang kerusuhan sengaja ‘dibuat’
karena persaingan dan melibatkan kepentingan politik tertentu.
Lagu dalam album ini adalah ‘Samsara’, ‘Nyanyian Preman’, ‘Pangeran
Brengsek’, ‘Anak Zaman’, ‘Lagu Buat Penyaksi’, ‘Panji-Panji Demokrasi’,
‘Asmaragama’, ‘Songsonglah’, ‘Langgam Lawu’, ‘Bunga Matahari’, ‘For
Green And Peace’.
—***—
Pada
album ini Iwan mengaransemen ulang dua buah lagu lamanya yaitu lagu
‘Entah’ dan ‘Kumenanti Seorang Kekasih’. Selebihnya hanya kumpulan
lagu-lagu lama. Album ini cukup sukses dipasaran, wajar dirindukan
penggemarnya karena cukup lama Iwan tidak tampil setelah anak pertamanya
Galang Rambu Anarki meninggal dunia.Memang pukulan berat bagi Iwan Fals
dan keluarganya, para penggemar dan sahabat-sahabatnya juga merasakan
kesediahan seorang Iwan Fals.
Dalam album ini Iwan seperti lahir kembali, gaya vokalnya berubah, namun tetap berbobot. Iwan kembali dipayungi bendera Musica.
—***—
Iwan
Fals benar-benar lahir kembali, setelah di album sebelumnya orang
bertanya-tanya karena Iwan hanya mengaransemen ulang lagu-lagu lama,
pada album ini seluruhnya benar-benar baru. Mulai lagu, vokal, musik,
benar-benar fresh.
Album ini menjawab pertanyaan tentang kevakuman Iwan dalam bermusik.
Lagu-lagu pada album ini berbobot, namun liriknya lebih dewasa tidak
senakal dahulu. Iwan menjadi lebih profesional, karena telah memiliki
manajemen pribadi yang digawangi oleh istrinya (Rossana). Iwan mulai
rajin menggelar konser baik di TV maupun outdoor, dan rata rata sukses
tanpa kerusuhan.
Album ini berisi lagu ‘Kupu Kupu Hitam Putih’, ‘Hadapi Saja’, ‘Suara
Hati’, ‘Untukmu Negeri’, ‘Doa’, ‘15 Juli 1996’, ‘Belalang Tua’, ‘Untuk
Para Pengabdi’, ‘Seperti Matahari’, ‘Dendam Damai’, ‘Di Ujung Abad’.
—***—
Luar
biasa, hanya kata itu yang dapat diungkapkan untuk menanggapi album
ini. Album ini mendapat triple platinum karena penjualan terbanyak,
mendapat penghargaan sebagai album terbaik dan single terbaik. Album ini
adalah kolaborasi Iwan dengan musisi muda berbakat seperti Pongky
(Jikustik), Eross (Sheila On 7), Harry Roesli, Aziz (Jamrud), Piyu
(Padi), Ahmad Dhani (Dewa), Tohpati, Kikan (Coklat), Heirrie Buchaery.
Hits ‘Aku Bukan Pilihan’ meledak dipasaran, dan Iwan Fals perlahan dan
pasti semakin memantapkan diri sebagai musisi papan atas dan legenda
hidup musik Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Aku Bukan Pilihan’, ‘Senandung Lirih’,
‘Rinduku’, ‘Hadapi Saja (new version)’, ‘Sesuatu Yang Tertunda’, ‘Sudah
Berlalu’, ‘Kupu Kupu Hitam Putih (new version)’, ‘Suara Hati (new
version)’, ‘Belalang Tua (new version)’, ‘Ancur’.
—***—
Hebat,
inilah aslinya Iwan Fals. Album ini dikerjakan hanya dengan suara Iwan
dan Gitar akustik yang dimainkan sendiri. Jadi teringat album Belum Ada
Judul. Lirik lirik nakal dan pedas kembali terdengar disini. Iwan Fals
seperti ingin kembali ke masa awal karirnya dahulu, walaupun bahasa yang
digunakan lebih ke arah kiasan, namun masih dapat dengan gamblang
diterima. Inilah Iwan Fals sebenarnya. Yang menarik dalam album ini
adalah, setelah album siap diedarkan, Iwan Fals ternyata baru menyadari
bahwa dia lupa memainkan harmonika dalam lagu-lagunya, dan album tetap
diedarkan karena sudah tidak mungkin melakukan rekaman ulang. Namun ada
sedikit masalah pada peredaran album ini yaitu cover depannya diprotes
umat Hindhu karena menampilkan gambar salah satu dewa mereka. Cover
depan itu adalah lukisan dari saudara tiri Iwan Fals. Iwan Fals merasa
bertanggung jawab, bersama Musica dengan cepat dia menghentikan
peredaran kasetnya.
Lagu dalam album ini adalah ‘Asik Nggak Asik’, ‘Manusia Setengah Dewa’,
‘17 Juli 1996’, ‘Dan Orde Paling Baru’, ‘Buktikan’, ‘16 Juli 1996’,
‘Ngeriku’, ‘Matahari Bulan Dan Bintang’, ‘Desa’, ‘Para Tentara’,
‘Mungkin’, ‘Politik Uang’.
—***—
Album
ini muncul ahir tahun 2005 tanpa banyak promosi, hanya berisi dua buah
lagu baru yaitu ‘Ijinkan Aku Menyayangimu’ karya Rieka Roslan
diaransemen oleh Erwin Gutawa dan ‘Selamat Tidur Sayang’ karya Titiek
Puspa yang diaransemen oleh Andi Rianto.
Selebihnya lagu lama. Single ‘Ijinkan
Aku Menyayangimu’ yang sempatr menjadi soundtrack sebuah sinetron
sepertinya ingin mengulang sukses single ‘Aku Bukan Pilihan’.
Pada
pertengahan tahun 2006 Iwan Fals berkolaborasi dengan Indra Lesmana,
menampilkan dua buah lagu baru dengan sentuhan musik yang berbeda yaitu
lagu Haruskah Pergi dan Selancar. Peredaran lagu ini terkesan terbatas
dan ekslusif, yaitu diedarkan oleh Independent Music Portal (Import).
Untuk memilikinya dengan cara membeli melalui SMS yang akan dipotong
pulsa Rp.5000,- untuk setiap lagu yang didownload dari website Import.
Secara keseluruhan dua lagu baru Iwan Fals ini sangat berkualitas dan
berbobot baik materi musik, pengerjaannya juga liriknya.
—***—
Album
dari Iwan Fals sang maestro musik Indonesia yang diluncurkan pada awal
bulan April 2007 ini dikemas dengan titel 50:50, dapat diartikan bahwa
dari 12 lagu disini 6 buah diciptakan oleh Iwan Fals dan 6 sisanya
diciptakan oleh musisi lain seperti Bongky (BIP), Dewiq, Opick, Pongky
(Jikustik), Digo, dan Yockie/Remy Soetansyah. Album ini memiliki
perpaduan yang seimbang antara lagu bertema cinta dan yang bertema
kritik sosial.
Album ini dikemas dengan aransemen musik modern dan berkualitas
tinggi yang dikerjakan oleh musisi profesional seperti Bongky, Addie MS,
Yockie Suryo Prayogo, Erwin Gutawa, Bagoes A.A dan Andi Bayou.
Tidak menjadi muluk apabila menyatakan album ini layak untuk menjadi
koleksi dan dapat disejajarkan dengan karya cipta profesional pemusik
Indonesia berkelas lainnya.
Secara keseluruhan lagu-lagu dalam album ini cukup enak untuk dinikmati
baik oleh penggemar Iwan Fals maupun masyarakat penikmat musik baik tua
maupun muda.
Lagu-lagu dalam album ini adalah: ‘Mabuk Cinta’, ‘Masih Bisa Cinta’,
‘Yang Tercinta’, ‘Tak Pernah Terbayangkan’, ‘Apakah Aku Benar – Benar
Memiliki Kamu’, ‘Rubah’, ‘KaSaCiMa’, ‘Pulanglah’, ‘Ini Bukan Mimpi’,
‘Ikan-Ikan’, ‘Negara’, ‘Cemburu’.
—***—
Setelah
menunggu sekian tahun, akhirnya Iwan Fals merilis album barunya pada
bulan Juli 2009, lebih tepatnya ini adalah mini album karena hanya
berisi dua buah lagu yaitu Untukmu Terkasih dan Merdeka. Dan pada album
ini, Iwan Fals sudah lepas dari label Musica. Dia sekarang digandeng
oleh Falcon Music.
Album ini baru tapi lama, sebab kedua lagu didalamnya sudah
diperkenalkan kepada publik sejak lama lewat konser-konser maupun dijual
melalui Ring Back Tone telepon selular. Lagu ‘Untukmu Terkasih’ adalah
karya Fajar Budiman, sedangkan ‘Merdeka’ adalah karya Iwan Fals yang
sudah sering dinyanyikan pada live konsernya sejak tahun 90-an