Personil Iwan Fals Band: “Iwan Orang Yang Terbuka"
Kesahajaan, gemar bergurau, analitis dalam berpikir, terbuka, perhatian, cinta keluarga, adalah sosok seorang Iwan Fals yang bisa ditangkap oleh iwanfals.co.id, selama bergaul dengannya.Itu mengapa, seorang Iwan Fals yang terlihat adalah sosok yang dihormati, disegani namun disanjung dan dipuja oleh para fansnya. Dengan perspektif yang berbeda, iwanfals.co.id mewawancarai Cok Rampal, salah satu personil Band Iwan Fals yang paling berumur, yang utamanya terkait pribadi Iwan Fals.Cok mengaku pertama kali kenal dengan Iwan Fals pada tahun 1981, tepatnya di perusahaan rekaman Musica. Waktu itu Cok terlibat menggarap album “Sumbang” -Iwan Fals, sewaktu musik album-album Iwan didukung oleh Willy Sumantri.Pertama kali mengenal Iwan hingga saat ini, penilaiannya tidak pernah berubah. Iwan merupakan pribadi yang asyik, ramah, dan sangat asyik dijadikan teman.Menurut Cok, kendati saat itu Iwan sudah cukup dikenal oleh masyarakat, tak tampak kesan sombong darinya. Terlebih, waktu itu masalah-masalah sosial dikupas oleh Iwan hingga mendalam pada lagu-lagunya.Sementara Cok mengakui ada perubahan yang dirasakan sekarang, Iwan jadi lebih matang, namun tetap asyik dan tetap friendly. “Di usia Iwan yang sekarang ini, wajar jika Iwan mengalami perubahan. Karena begitulah manusia, mengalami pendewasaan-pendewasaan,” katanya.Cok tidak menutup mata dari segi musikal, Iwan memang mengalami perubahan. Namun menurutnya, itu sebuah hal yang logis dan dinamis. Apalagi, manusia akan selalu tumbuh. Dari mulai kecil, muda, dewasa, hingga tua.Bermain musik bersama Iwan Fals sangatlah mengesankan. Apalagi Iwan adalah pribadi yang kaya dengan gagasan. Cok mengaku tidak merasa direpotkan oleh seabrek gagasan dari seorang Iwan, terlebih Iwan juga seorang yang bisa menerima gagasan maupun kritik.Asyiknya bermusik dengan seorang Iwan Fals, baginya selalu ada sisi menyenangkan. Kendati membawakan lagu-lagu lama dari Iwan, dia masih tetap merasakan nuansa menyenangkan, atau feel yang berbeda. “Biar lagu-lagu lama Iwan sekalipun, saya rasa membawakannya tetap ada nuansa yang berbeda, tetap asyik,” katanya.Hal positif yang bisa diambil dari pertemanannya dengan Iwan, dia merasa jadi memiliki banyak kawan. Apalagi Iwan memiliki hubungan yang luas. “Sesuatu yang berhubungan dengan banyak orang, lantas ditangkap oleh orang banyak, maka kawan kita jadi lebih banyak tentunya,” tambahnya lagi.Pesannya kepada Iwan sekaligus pesan sebagai seorang kawan, “Jaga kesehatan, karena kesehatan itu sangat penting,” tambahnya.Sementara, hal senada juga disampaikan oleh Sonata (gitaris) Band Iwan Fals. Sejarah perkenalannya dengan Iwan Fals, tak bisa dilepaskan dari nama Cok Rampal. Sonata diperkenalkan ke Iwan oleh Cok Rampal. “Waktu itu aku diajak Mas Cok membuat album Iwan Fals ‘Dibawah Tiang Bendera’. Waktu itu aku sebagai artistik,” tambahnya.Bergaul di Jackson Studio, membuat Sonata sempat ikut bermusik dengan Franky Sahilatua, Iwan Fals dan Cok Rampal. Mereka lantas membuat video klip Dibawah Tiang Bendera tersebut. Pembuatan video klipnya sendiri, dilakukan di Pulau Seribu dan Bromo. Saat membuat klip itulah, Sonata mulai banyak berinteraksi dengan Iwan Fals. “Saat ketemu dengan Iwan pertama kali, yang tertangkap adalah pribadi yang santai, alias orang yang nyantai,’ tambahnya.“Pengalaman yang sudah aku jalani dengan Iwan cukup banyak sekali. Bahkan yang berkesan pun sangat banyak, hingga tak mungkin satu persatu aku sebutkan,” tambah Sonata.Perjalanan hidup Sonata memang penuh warna. Dia semenjak lama mengenal Cok Rampal. Apalagi dia dan Cok sempat jadi kuncen-nya Jackson Studio.Sonata menyatakan wajar jika Iwan mengalami perubahan. Mungkin karena Iwan yang usianya bertambah ketimbang dulu, demikian juga pengalaman batin yang dialaminya adalah proses kehidupan.Bahkan menurut Sonata, Iwan tidak banyak berubah ketimbang dulu. “Dia hanya lebih disiplin saja sekarang,” tambahnya.Satu hal yang unik dari lagu Iwan, sekarang Iwan lebih banyak melukiskan keadaan lewat alat musik. “Permainan atau nuansa musik terkadang menyesuaikan dengan gambaran keadaan yang diceritakan lagu,” tambahnya.“Iwan memberi jiwa dari lagu yang dimainkan, dan lagu mesti ada arti, lebih kearah situ, memadukan kekompakan. Sehingga lagu serasa memiliki jiwa, dengan bahasa-bahasa simbol dan bahasa bunga Mas Iwan,” tambahnya. Pesannya terhadap Iwan Fals, mesti “Iwan Fals” terus dan jaga kesehatan selalu. Sementara itu, personil Band Iwan Fals lainnya, Edy Daromi (keyboard) mengaku dulu sering bertemu dengan Iwan di tahun 90-an. Saat itu Edy masih tergabung di Elpamas. Iwan sering datang di pertunjukan-pertunjukan yang digelar Elpamas.Disamping itu, dia juga kerap bertemu Iwan di studio Digin. Lantas Iwan sering mengajak Totok Tewel tampil di show-nya. Apalagi Edy juga satu kost dengan Totok Tewel di daerah Bintaro.Ketika masih ngekost di Bintaro, dia mengaku sudah sering bertemu dengan Iwan, bahkan jalan bareng.Iwan menurutnya adalah seorang yang berkepribadian asyik. Meski membawakan lagu-lagunya, Iwan tidak pernah menutup ide dari kawan-kawannya lainnya, “Dia orang yang terbuka,” tambahnya.Kenangan terhadap Iwan yang diingatnya, puluhan tahun berinteraksi dengannya, Edy mengaku banyak kenangan hingga tidak bisa mengurainya satu per satu.Menurutnya, dari dulu Iwan relatif tidak berubah. “Saya kenal dengan dia, bertemu dalam satu band, ya tetap sama seperti dulu,” tambahnya.Perubahan Iwan di sisi musikal, adalah hal yang wajar menurutnya. “Apalagi Iwan tumbuh dengan usianya, apa yang ingin ditulisnya, apa yang ingin disampaikannya, serta suasana kekinian, dia itu tumbuh,” katanya.Jadi menurutnya mungkin-mungkin saja, Iwan tidak bisa lagi diharapkan karyanya akan seperti dulu. “Karya itu kan selalu tumbuh,” tambahnya.Edy juga menyelipkan pesannya sebagai pesan pribadi, sekaligus seorang teman, menurutnya mudah-mudahan Iwan terus berkarya. Ditanya soal pribadi dan kekurangannya, Edy hanya berseloroh ringan, “Namanya manusia ya tetap tidak ada yang sempurna. Bahkan terkadang suasana hati juga ikut berpengaruh,” tambahnya.Sama halnya dengan teman baik, misalnya ketika marah belum tentu akan marah ‘permanen’. Diakuinya Iwan belum pernah marah terhadap Band, karena jika ada kesalahan bisa disampaikan langsung kepadanya.Personil Band Iwan Fals lainnya yang ditemui iwanfals.co.id, adalah Heirrie Buchaery (basis). Heirrie mengaku cukup lama mengenal Iwan. Di hampir semua album Iwan Fals yang digarap Musica, Heirrie terlibat. Album-album itu semenjak “Ethiopia”. Sementara, album Iwan Fals di luar Musica yang ditanganinya adalah album “Hijau” dan “Mata Dewa”. “Iwan Fals itu ya, seperti itu. Karena teman sejak dulu, Iwan orang yang suka bercanda, di waktu berbeda dia suka serius juga,” katanya.Tetapi, Heirrie mengaku juga kerap sharing, mengobrol, berbagi wawasan. “Sebagai teman, dia orang yang enak,” katanya.Segala masalah dibicarakannya dengan Iwan, termasuk masalah keluarga, politik, musik dan kehidupan sebagainya. Itu bisa dilakukan karena berkomunikasi dengan Iwan Fals cukup enak. Karena obrolan bisa berjalan dua arah. “Pendeknya dia tahu saya dan saya tahu dia,” tambahnya. Sementara ditanya apa yang tidak mengenakkan dari Iwan, Heirrie berkomentar singkat bahwa setiap manusia pastilah mempunyai kekurangan.Bergaul dengan Iwan Fals, baginya klop-klop saja. Apalagi, di band semua biasa terbuka layaknya keluarga. Bahkan, jika ada yang tidak disukai dari seorang Iwan misalnya, dia mengaku akan membicarakannya secara terus terang dengan Iwan. “Nggak apa-apa itu, justru kita berteman lama karena ada saling keterbukaan,” tambahnya.Sekilas perjalanan karir Iwan diceritakannya. Grup profesional Iwan yang pertama adalah saat bermain di “Rock Kemanusiaan” tahun 1989. Band itulah yang menurut Heirrie merupakan band profesional Iwan yang pertama, alias cikal bakalnya Band Iwan Fals yang sekarang ini. Meski sebelumnya, Iwan pernah juga punya grup musik “Tali Sepatu”. Setelah itu, Iwan sempat berhenti bermusik, alias non aktif pasca berpulang putranya, (Alm) Galang, selama kurang lebih 10 tahun. Hidup terus berjalan, Heirrie sempat menangani beberapa rekaman-rekaman artis lain. Kendati demikian, silaturahminya dengan Iwan tetap berjalan terus. “Kita memang pernah berpisah secara grup. Tetapi secara perkawanan sih tidak,” tambahnya.Iwan mulai aktif lagi bermusik semenjak tahun 2000-an, pertama kali bernyanyi dengan Heirrie di Album “Entah”. Saat Iwan non aktif bermusik usai meninggalnya Galang, ada “tangan-tangan” yang menyemangati Iwan untuk bangkit kembali. Mereka itu adalah para kawan-kawannya. Salah seorang yang paling mendukung Iwan untuk bangkit kembali adalah Apen, salah satu bos Musica, “Dia salah seorang yang gigih men-support Iwan,” tambah Heirrie. Sementara, tentang adanya suara perubahan musikal saat Iwan di Kantata Takwa, Heirrie malah mengatakan, perubahan musikal Iwan sudah terjadi semenjak album “Hijau”. Terutama karena waktu itu album “Hijau” di-set sebagai kerja yang lebih banyak spontannya. “Modelnya, langsung live, lantas mixing. Jadi, memang itu benar-benar live. Lagu-lagunya yang kita dengarkan bareng di studio, langsung direkam. Itu album yang betul-betul perubahan total dari segi musikal seorang Iwan Fals,” tambah Heirrie.Sementara, semenjak album “Ethiopia”, perubahan terjadi terutama dari cara bernyanyi Iwan yang tidak menggunakan ‘suara hidung’. Heirrie sempat menyarankan Iwan, melakukan perubahan cara bernyanyi. “Wan, coba deh lu membawakan lagunya yang kayak gini,” tambahnya.Heirrie mengaku sering memberi masukan musikal kepada Iwan. Uniknya banyak masukan yang diberikannya lantas dijadikan acuan juga oleh Iwan dalam bermusik. “Kalau rekaman, Iwan banyak juga sih nurutnya sama aku,” kata Heirrie. Apalagi, Heirrie selalu menjadi direct musician Iwan. “Kalau aku bilang: Wan, tolong diulang. Dia pasti ulang, nggak akan protes. Iwan orang yang paham aturan. Siapa yang mesti diikuti dalam rekaman,” katanya.Sebetulnya Heirrie ingin agar Iwan seperti dulu, punya banyak stok lagu-lagu bertema sosial. Dia sempat memberi masukan, agar porsi lagu-lagu Iwan yang bertema sosial ditambah, disamping cinta. Karena itu yang menurutnya “Iwan Fals” sekali. Dari situ, maka lahirlah album “50 : 50” yang merupakan hasil sharing para musisi Iwan dengannya. “Itu sih yang aku ingini,” tambahnya.Sempat juga ketika Iwan membuat banyak lagu cinta, Heirrie berpikir sepertinya Iwan jadi lebih banyak mengikuti suara dari industri musik. “Tetapi, ternyata hasilnya juga biasa saja. Lantas kenapa Iwan tidak jadi diri sendiri saja,” tambahnya.Heirrie mengaku justru merasa lebih senang jika Iwan membawakan lagu yang bertema kritik sosial. Meski sebetulnya seorang Iwan, tetap karakternya kuat membawakan lagu bertema apapun. Bisa saja sebetulnya, dalam satu album bertema lagu-lagu cinta. Album selanjutnya bertema selain tema cinta. “Sebab, sebetulnya dari pihak label, ada juga yang ingin seperti itu,” katanya.Soal keraguan akan fans misalnya, ada yang meragukan Iwan jika membuat lagu-lagu bertema kritik sosial, tidak sekuat dulu lagi mengingat dia sudah tidak lagi hidup di jalan, Heirrie mengiyakan jika nuansa lagunya tentu akan berbeda, apalagi Iwan memang mengalaminya pada waktu dulu.Sekarang menurutnya, Iwan juga masih bisa membuat lagu-lagu dengan tema kritik sosial, hanya dalam kapasitasnya sebagai “pengamat”. Otomatis, lagu-lagunya akan berbeda. Namun, secara kedalaman, hasilnya tetap sama. Itu mengapa, jika dulu seseorang mendengarkan lagu Iwan, akan langsung bisa mengerti intinya. Sementara, kalau sekarang mendengarkan lagu Iwan, pendengar memang mesti “menyimaknya” terlebih dahulu. Namun demikian, hal itu merupakan hal yang lumrah karena sebetulnya ibarat manusia Iwan juga tumbuh. Terutama karena faktor usia juga yang semakin bertambah. “Soal kedalaman tetaplah dalam,” tambahnya. Heirrie menyarankan, bagus juga jika Iwan sesekali “keluar”, turun ke jalan. Untuk melihat perkembangan sisi sosial yang ada. Itu mengapa menurutnya, jika membawakan lagu-lagunya sekarang Iwan agak berbeda, tidak terlampau sering terlihat garang.Apalagi menurutnya, seperti pernah dikatakan Iwan kepadanya, jika sekarang Iwan keras dalam penyampaian lagu-lagunya, jadi percuma juga mengingat semua orang sekarang ini juga sudah berbicara keras. “Ibarat menggarami air laut,” kutip Heirrie mengikuti pernyataan Iwan.Baginya, Iwan mesti sebagai “Iwan”. Jangan sampai kalah atau goyah dengan industri. “Karena sesungguhnya yang kuat dari dia, ya dia. Bukannya yang lain,” tambahnya.Bahkan, ketika Iwan berduet dengan grup musik muda, menurutnya tidak masalah. Hanya, memang mesti pilih-pilih. “Misal, dapat lagu mesti benar-benar didalami. Bila perlu, jiwa Iwan-nya juga mesti ‘masuk’ dan ‘dapat porsi’. Sebab anak muda sekarangkan kreativitasnya juga tinggi,” tambahnya.Terkait penampilan Iwan dengan The Changcuters misalnya, Heirrie mengomentarinya, sebagai jualan hal itu tidak mengapa. Namun, melihatnya dari sisi yang lainnya, ‘sedih’ juga menurutnya.Jawaban yang unik mengenai sosok Iwan Fals, diperoleh juga dari Deni Kurniawan, penabuh drum Band Iwan Fals. Baginya, bermain bersama Iwan Fals, sekaligus mengenal dekat sosoknya, jadi cerita tersendiri. “Jadi personil Band Iwan Fals, tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku,” tambahnya. Apalagi, dia merupakan satu-satunya personil Band Iwan Fals yang berangkat dari seorang Oi (organisasi fans Iwan Fals). Ikhwal perkenalannya dengan Iwan diceritakannya. Suatu saat dia berbincang-bincang dengan Iwan, sekitar tahun 2000-an. Ada titik pembicaraan yang masih dikenangnya. Iwan pernah mengatakan, “Den, kamu banyak tahu lagu-laguku nggak? Aku tidak menjanjikan sih, tapi kalau memang jodoh, mungkin kamu bisa main bareng dengan aku,” tambahnya mengutip pernyataan Iwan waktu itu.Sebelum pembicaraan berakhir, Iwan sempat meminta nomor teleponnya. “Kalau suatu saat nanti aku perlukan, pasti aku telepon kamu, Den,” urainya mengutip pernyataan Iwan waktu itu.Dibalik itu, sebetulnya Iwan pernah melihat penampilannya sebagai band pembuka konser Iwan Fals di Jambi, pada tahun 1999. Apalagi menurutnya, saat itu dia juga sudah bergabung di Oi. “Menurut Mas Nano, permainan drumku mirip-mirip dengan permainan Inil Sisri, mungkin itu yang menarik Mas Iwan,” tambahnya, mengutip pernyataan Nano.Menurut Deni, bergabung di Oi bukanlah tujuan utamanya agar bisa bertemu dengan Iwan Fals. Baginya dia memang menyukai berorganisasi, hingga di Oi dia berada di bagian Seni dan Budaya. “Niatku memang tidak semata bertemu dengan Mas Iwan, melainkan juga ingin berorganisasi. Oleh karena itu aku juga jadi pengurus di Oi,” tambah mantan personil Aries Band di Lampung ini.Deni berasal dari Lampung, lantas sempat bekerja di Jambi sebagai pekerja serabutan. Dia juga mengaku sempat ikut grup organ tunggal, yang mengisi acara hajatan, dengan konsep musik ‘campur sari’. Momen yang sulit dilupakan diceritakannya, dia pernah memiliki angan-angan suatu saat ingin menyambangi kampung halaman orang tuanya di Jogja, demikian pula dengan mengunjungi Pulau Dewata, Bali. “ Alhamdulillah semua bisa terwujud, utamanya ketika bergabung di Band Iwan Fals,” tambah lelaki berusia 36 tahun ini.Dia merasa bersyukur, semua angan-angannya untuk berpergian terjawab sudah. Hampir seluruh tanah air pernah disinggahinya, terutama ketika bersama Band Iwan Fals. “Aku bersyukur sekali, sulit mewujudkannya jika tak punya banyak uang. Terlebih aku tinggal di Lampung, di pelosoknya pula,” kata lelaki yang dikenal sebagai disket berjalan di Band Iwan Fals, karena banyak paham lagu-lagu Iwan Fals ini.Iwan Fals adalah orang yang terbuka menurutnya. Bagi Iwan bermusik mesti bisa dirasakan betul dan tidak hambar. “Justru inilah yang saya sukai dari Iwan Fals. Katanya: Den, hati-hati dengan tempo, ketukan juga mesti pas, tidak terlampau keras atau terlalu pelan,” tambah lelaki yang dasar musiknya adalah keroncong ini, mengutip pernyataan Iwan jika sedang latihan.Iwan tidak membiarkannya tenggelam dalam kesalahan atau ketidakharmonisan dalam memainkan musik. “Saya memang lebih suka seperti itu. Saya dan Sonata sering diberi masukan oleh Mas Iwan,” kata penyuka lagu-lagu God Bless dan Boomerang ini.Pesan pribadinya, terutama agar Iwan Fals terus berkarya. “Jangan berhenti. Karena sesungguhnya, karya itu adalah titipan Tuhan, yang dititipkan untuk disuarakan ke khalayak,” pungkasnya.