Rabu, 04 Desember 2013

Personil Iwan Fals Band: “Iwan Orang Yang Terbuka"

Personil Iwan Fals Band: “Iwan Orang Yang Terbuka"



Kesahajaan, gemar bergurau, analitis dalam berpikir, terbuka, perhatian, cinta keluarga, adalah sosok seorang Iwan Fals yang bisa ditangkap oleh iwanfals.co.id, selama bergaul dengannya.Itu mengapa, seorang Iwan Fals yang terlihat adalah sosok yang dihormati, disegani namun disanjung dan dipuja oleh para fansnya. Dengan perspektif yang berbeda, iwanfals.co.id mewawancarai Cok Rampal, salah satu personil Band Iwan Fals yang paling berumur, yang utamanya terkait pribadi Iwan Fals.Cok mengaku pertama kali kenal dengan Iwan Fals pada tahun 1981, tepatnya di perusahaan rekaman Musica. Waktu itu Cok terlibat menggarap album “Sumbang” -Iwan Fals, sewaktu musik album-album Iwan didukung oleh Willy Sumantri.Pertama kali mengenal Iwan hingga saat ini, penilaiannya tidak pernah berubah. Iwan merupakan pribadi yang asyik, ramah, dan sangat asyik dijadikan teman.Menurut Cok, kendati saat itu Iwan sudah cukup dikenal oleh masyarakat, tak tampak kesan sombong darinya. Terlebih, waktu itu masalah-masalah sosial dikupas oleh Iwan hingga mendalam pada lagu-lagunya.Sementara Cok mengakui ada perubahan yang dirasakan sekarang, Iwan jadi lebih matang, namun tetap asyik dan tetap friendly. “Di usia Iwan yang sekarang ini, wajar jika Iwan mengalami perubahan. Karena begitulah manusia, mengalami pendewasaan-pendewasaan,” katanya.Cok tidak menutup mata dari segi musikal, Iwan memang mengalami perubahan. Namun menurutnya, itu sebuah hal yang logis dan dinamis. Apalagi, manusia akan selalu tumbuh. Dari mulai kecil, muda, dewasa, hingga tua.Bermain musik bersama Iwan Fals sangatlah mengesankan. Apalagi Iwan adalah pribadi yang kaya dengan gagasan. Cok mengaku tidak merasa direpotkan oleh seabrek gagasan dari seorang Iwan, terlebih Iwan juga seorang yang bisa menerima gagasan maupun kritik.Asyiknya bermusik dengan seorang Iwan Fals, baginya selalu ada sisi menyenangkan. Kendati membawakan lagu-lagu lama dari Iwan, dia masih tetap merasakan nuansa menyenangkan, atau feel yang berbeda. “Biar lagu-lagu lama Iwan sekalipun, saya rasa membawakannya tetap ada nuansa yang berbeda, tetap asyik,” katanya.Hal positif yang bisa diambil dari pertemanannya dengan Iwan, dia merasa jadi memiliki banyak kawan. Apalagi Iwan memiliki hubungan yang luas. “Sesuatu yang berhubungan dengan banyak orang, lantas ditangkap oleh orang banyak, maka kawan kita jadi lebih banyak tentunya,” tambahnya lagi.Pesannya kepada Iwan sekaligus pesan sebagai seorang kawan, “Jaga kesehatan, karena kesehatan itu sangat penting,” tambahnya.Sementara, hal senada juga disampaikan oleh Sonata (gitaris) Band Iwan Fals. Sejarah perkenalannya dengan Iwan Fals, tak bisa dilepaskan dari nama Cok Rampal. Sonata diperkenalkan ke Iwan oleh Cok Rampal. “Waktu itu aku diajak Mas Cok membuat album Iwan Fals ‘Dibawah Tiang Bendera’. Waktu itu aku sebagai artistik,” tambahnya.Bergaul di Jackson Studio, membuat Sonata sempat ikut bermusik dengan Franky Sahilatua, Iwan Fals dan Cok Rampal. Mereka lantas membuat video klip Dibawah Tiang Bendera tersebut. Pembuatan video klipnya sendiri, dilakukan di Pulau Seribu dan Bromo. Saat membuat klip itulah, Sonata mulai banyak berinteraksi dengan Iwan Fals. “Saat ketemu dengan Iwan pertama kali, yang tertangkap adalah pribadi yang santai, alias orang yang nyantai,’ tambahnya.“Pengalaman yang sudah aku jalani dengan Iwan cukup banyak sekali. Bahkan yang berkesan pun sangat banyak, hingga tak mungkin satu persatu aku sebutkan,” tambah Sonata.Perjalanan hidup Sonata memang penuh warna. Dia semenjak lama mengenal Cok Rampal. Apalagi dia dan Cok sempat jadi kuncen-nya Jackson Studio.Sonata menyatakan wajar jika Iwan mengalami perubahan. Mungkin karena Iwan yang usianya bertambah ketimbang dulu, demikian juga pengalaman batin yang dialaminya adalah proses kehidupan.Bahkan menurut Sonata, Iwan tidak banyak berubah ketimbang dulu. “Dia hanya lebih disiplin saja sekarang,” tambahnya.Satu hal yang unik dari lagu Iwan, sekarang Iwan lebih banyak melukiskan keadaan lewat alat musik. “Permainan atau nuansa musik terkadang menyesuaikan dengan gambaran keadaan yang diceritakan lagu,” tambahnya.“Iwan memberi jiwa dari lagu yang dimainkan, dan lagu mesti ada arti, lebih kearah situ, memadukan kekompakan. Sehingga lagu serasa memiliki jiwa, dengan bahasa-bahasa simbol dan bahasa bunga Mas Iwan,” tambahnya. Pesannya terhadap Iwan Fals, mesti “Iwan Fals” terus dan jaga kesehatan selalu. Sementara itu, personil Band Iwan Fals lainnya, Edy Daromi (keyboard) mengaku dulu sering bertemu dengan Iwan di tahun 90-an. Saat itu Edy masih tergabung di Elpamas. Iwan sering datang di pertunjukan-pertunjukan yang digelar Elpamas.Disamping itu, dia juga kerap bertemu Iwan di studio Digin. Lantas Iwan sering mengajak Totok Tewel tampil di show-nya. Apalagi Edy juga satu kost dengan Totok Tewel di daerah Bintaro.Ketika masih ngekost di Bintaro, dia mengaku sudah sering bertemu dengan Iwan, bahkan jalan bareng.Iwan menurutnya adalah seorang yang berkepribadian asyik. Meski membawakan lagu-lagunya, Iwan tidak pernah menutup ide dari kawan-kawannya lainnya, “Dia orang yang terbuka,” tambahnya.Kenangan terhadap Iwan yang diingatnya, puluhan tahun berinteraksi dengannya, Edy mengaku banyak kenangan hingga tidak bisa mengurainya satu per satu.Menurutnya, dari dulu Iwan relatif tidak berubah. “Saya kenal dengan dia, bertemu dalam satu band, ya tetap sama seperti dulu,” tambahnya.Perubahan Iwan di sisi musikal, adalah hal yang wajar menurutnya. “Apalagi Iwan tumbuh dengan usianya, apa yang ingin ditulisnya, apa yang ingin disampaikannya, serta suasana kekinian, dia itu tumbuh,” katanya.Jadi menurutnya mungkin-mungkin saja, Iwan tidak bisa lagi diharapkan karyanya akan seperti dulu. “Karya itu kan selalu tumbuh,” tambahnya.Edy juga menyelipkan pesannya sebagai pesan pribadi, sekaligus seorang teman, menurutnya mudah-mudahan Iwan terus berkarya. Ditanya soal pribadi dan kekurangannya, Edy hanya berseloroh ringan, “Namanya manusia ya tetap tidak ada yang sempurna. Bahkan terkadang suasana hati juga ikut berpengaruh,” tambahnya.Sama halnya dengan teman baik, misalnya ketika marah belum tentu akan marah ‘permanen’. Diakuinya Iwan belum pernah marah terhadap Band, karena jika ada kesalahan bisa disampaikan langsung kepadanya.Personil Band Iwan Fals lainnya yang ditemui iwanfals.co.id, adalah Heirrie Buchaery (basis). Heirrie mengaku cukup lama mengenal Iwan. Di hampir semua album Iwan Fals yang digarap Musica, Heirrie terlibat. Album-album itu semenjak “Ethiopia”. Sementara, album Iwan Fals di luar Musica yang ditanganinya adalah album “Hijau” dan “Mata Dewa”. “Iwan Fals itu ya, seperti itu. Karena teman sejak dulu, Iwan orang yang suka bercanda, di waktu berbeda dia suka serius juga,” katanya.Tetapi, Heirrie mengaku juga kerap sharing, mengobrol, berbagi wawasan. “Sebagai teman, dia orang yang enak,” katanya.Segala masalah dibicarakannya dengan Iwan, termasuk masalah keluarga, politik, musik dan kehidupan sebagainya. Itu bisa dilakukan karena berkomunikasi dengan Iwan Fals cukup enak. Karena obrolan bisa berjalan dua arah. “Pendeknya dia tahu saya dan saya tahu dia,” tambahnya. Sementara ditanya apa yang tidak mengenakkan dari Iwan, Heirrie berkomentar singkat bahwa setiap manusia pastilah mempunyai kekurangan.Bergaul dengan Iwan Fals, baginya klop-klop saja. Apalagi, di band semua biasa terbuka layaknya keluarga. Bahkan, jika ada yang tidak disukai dari seorang Iwan misalnya, dia mengaku akan membicarakannya secara terus terang dengan Iwan. “Nggak apa-apa itu, justru kita berteman lama karena ada saling keterbukaan,” tambahnya.Sekilas perjalanan karir Iwan diceritakannya. Grup profesional Iwan yang pertama adalah saat bermain di “Rock Kemanusiaan” tahun 1989. Band itulah yang menurut Heirrie merupakan band profesional Iwan yang pertama, alias cikal bakalnya Band Iwan Fals yang sekarang ini. Meski sebelumnya, Iwan pernah juga punya grup musik “Tali Sepatu”. Setelah itu, Iwan sempat berhenti bermusik, alias non aktif pasca berpulang putranya, (Alm) Galang, selama kurang lebih 10 tahun. Hidup terus berjalan, Heirrie sempat menangani beberapa rekaman-rekaman artis lain. Kendati demikian, silaturahminya dengan Iwan tetap berjalan terus. “Kita memang pernah berpisah secara grup. Tetapi secara perkawanan sih tidak,” tambahnya.Iwan mulai aktif lagi bermusik semenjak tahun 2000-an, pertama kali bernyanyi dengan Heirrie di Album “Entah”. Saat Iwan non aktif bermusik usai meninggalnya Galang, ada “tangan-tangan” yang menyemangati Iwan untuk bangkit kembali. Mereka itu adalah para kawan-kawannya. Salah seorang yang paling mendukung Iwan untuk bangkit kembali adalah Apen, salah satu bos Musica, “Dia salah seorang yang gigih men-support Iwan,” tambah Heirrie. Sementara, tentang adanya suara perubahan musikal saat Iwan di Kantata Takwa, Heirrie malah mengatakan, perubahan musikal Iwan sudah terjadi semenjak album “Hijau”. Terutama karena waktu itu album “Hijau” di-set sebagai kerja yang lebih banyak spontannya. “Modelnya, langsung live, lantas mixing. Jadi, memang itu benar-benar live. Lagu-lagunya yang kita dengarkan bareng di studio, langsung direkam. Itu album yang betul-betul perubahan total dari segi musikal seorang Iwan Fals,” tambah Heirrie.Sementara, semenjak album “Ethiopia”, perubahan terjadi terutama dari cara bernyanyi Iwan yang tidak menggunakan ‘suara hidung’. Heirrie sempat menyarankan Iwan, melakukan perubahan cara bernyanyi. “Wan, coba deh lu membawakan lagunya yang kayak gini,” tambahnya.Heirrie mengaku sering memberi masukan musikal kepada Iwan. Uniknya banyak masukan yang diberikannya lantas dijadikan acuan juga oleh Iwan dalam bermusik. “Kalau rekaman, Iwan banyak juga sih nurutnya sama aku,” kata Heirrie. Apalagi, Heirrie selalu menjadi direct musician Iwan. “Kalau aku bilang: Wan, tolong diulang. Dia pasti ulang, nggak akan protes. Iwan orang yang paham aturan. Siapa yang mesti diikuti dalam rekaman,” katanya.Sebetulnya Heirrie ingin agar Iwan seperti dulu, punya banyak stok lagu-lagu bertema sosial. Dia sempat memberi masukan, agar porsi lagu-lagu Iwan yang bertema sosial ditambah, disamping cinta. Karena itu yang menurutnya “Iwan Fals” sekali. Dari situ, maka lahirlah album “50 : 50” yang merupakan hasil sharing para musisi Iwan dengannya. “Itu sih yang aku ingini,” tambahnya.Sempat juga ketika Iwan membuat banyak lagu cinta, Heirrie berpikir sepertinya Iwan jadi lebih banyak mengikuti suara dari industri musik. “Tetapi, ternyata hasilnya juga biasa saja. Lantas kenapa Iwan tidak jadi diri sendiri saja,” tambahnya.Heirrie mengaku justru merasa lebih senang jika Iwan membawakan lagu yang bertema kritik sosial. Meski sebetulnya seorang Iwan, tetap karakternya kuat membawakan lagu bertema apapun. Bisa saja sebetulnya, dalam satu album bertema lagu-lagu cinta. Album selanjutnya bertema selain tema cinta. “Sebab, sebetulnya dari pihak label, ada juga yang ingin seperti itu,” katanya.Soal keraguan akan fans misalnya, ada yang meragukan Iwan jika membuat lagu-lagu bertema kritik sosial, tidak sekuat dulu lagi mengingat dia sudah tidak lagi hidup di jalan, Heirrie mengiyakan jika nuansa lagunya tentu akan berbeda, apalagi Iwan memang mengalaminya pada waktu dulu.Sekarang menurutnya, Iwan juga masih bisa membuat lagu-lagu dengan tema kritik sosial, hanya dalam kapasitasnya sebagai “pengamat”. Otomatis, lagu-lagunya akan berbeda. Namun, secara kedalaman, hasilnya tetap sama. Itu mengapa, jika dulu seseorang mendengarkan lagu Iwan, akan langsung bisa mengerti intinya. Sementara, kalau sekarang mendengarkan lagu Iwan, pendengar memang mesti “menyimaknya” terlebih dahulu. Namun demikian, hal itu merupakan hal yang lumrah karena sebetulnya ibarat manusia Iwan juga tumbuh. Terutama karena faktor usia juga yang semakin bertambah. “Soal kedalaman tetaplah dalam,” tambahnya. Heirrie menyarankan, bagus juga jika Iwan sesekali “keluar”, turun ke jalan. Untuk melihat perkembangan sisi sosial yang ada. Itu mengapa menurutnya, jika membawakan lagu-lagunya sekarang Iwan agak berbeda, tidak terlampau sering terlihat garang.Apalagi menurutnya, seperti pernah dikatakan Iwan kepadanya, jika sekarang Iwan keras dalam penyampaian lagu-lagunya, jadi percuma juga mengingat semua orang sekarang ini juga sudah berbicara keras. “Ibarat menggarami air laut,” kutip Heirrie mengikuti pernyataan Iwan.Baginya, Iwan mesti sebagai “Iwan”. Jangan sampai kalah atau goyah dengan industri. “Karena sesungguhnya yang kuat dari dia, ya dia. Bukannya yang lain,” tambahnya.Bahkan, ketika Iwan berduet dengan grup musik muda, menurutnya tidak masalah. Hanya, memang mesti pilih-pilih. “Misal, dapat lagu mesti benar-benar didalami. Bila perlu, jiwa Iwan-nya juga mesti ‘masuk’ dan ‘dapat porsi’. Sebab anak muda sekarangkan kreativitasnya juga tinggi,” tambahnya.Terkait penampilan Iwan dengan The Changcuters misalnya, Heirrie mengomentarinya, sebagai jualan hal itu tidak mengapa. Namun, melihatnya dari sisi yang lainnya, ‘sedih’ juga menurutnya.Jawaban yang unik mengenai sosok Iwan Fals, diperoleh juga dari Deni Kurniawan, penabuh drum Band Iwan Fals. Baginya, bermain bersama Iwan Fals, sekaligus mengenal dekat sosoknya, jadi cerita tersendiri. “Jadi personil Band Iwan Fals, tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku,” tambahnya. Apalagi, dia merupakan satu-satunya personil Band Iwan Fals yang berangkat dari seorang Oi (organisasi fans Iwan Fals). Ikhwal perkenalannya dengan Iwan diceritakannya. Suatu saat dia berbincang-bincang dengan Iwan, sekitar tahun 2000-an. Ada titik pembicaraan yang masih dikenangnya. Iwan pernah mengatakan, “Den, kamu banyak tahu lagu-laguku nggak? Aku tidak menjanjikan sih, tapi kalau memang jodoh, mungkin kamu bisa main bareng dengan aku,” tambahnya mengutip pernyataan Iwan waktu itu.Sebelum pembicaraan berakhir, Iwan sempat meminta nomor teleponnya. “Kalau suatu saat nanti aku perlukan, pasti aku telepon kamu, Den,” urainya mengutip pernyataan Iwan waktu itu.Dibalik itu, sebetulnya Iwan pernah melihat penampilannya sebagai band pembuka konser Iwan Fals di Jambi, pada tahun 1999. Apalagi menurutnya, saat itu dia juga sudah bergabung di Oi. “Menurut Mas Nano, permainan drumku mirip-mirip dengan permainan Inil Sisri, mungkin itu yang menarik Mas Iwan,” tambahnya, mengutip pernyataan Nano.Menurut Deni, bergabung di Oi bukanlah tujuan utamanya agar bisa bertemu dengan Iwan Fals. Baginya dia memang menyukai berorganisasi, hingga di Oi dia berada di bagian Seni dan Budaya. “Niatku memang tidak semata bertemu dengan Mas Iwan, melainkan juga ingin berorganisasi. Oleh karena itu aku juga jadi pengurus di Oi,” tambah mantan personil Aries Band di Lampung ini.Deni berasal dari Lampung, lantas sempat bekerja di Jambi sebagai pekerja serabutan. Dia juga mengaku sempat ikut grup organ tunggal, yang mengisi acara hajatan, dengan konsep musik ‘campur sari’. Momen yang sulit dilupakan diceritakannya, dia pernah memiliki angan-angan suatu saat ingin menyambangi kampung halaman orang tuanya di Jogja, demikian pula dengan mengunjungi Pulau Dewata, Bali. “ Alhamdulillah semua bisa terwujud, utamanya ketika bergabung di Band Iwan Fals,” tambah lelaki berusia 36 tahun ini.Dia merasa bersyukur, semua angan-angannya untuk berpergian terjawab sudah. Hampir seluruh tanah air pernah disinggahinya, terutama ketika bersama Band Iwan Fals. “Aku bersyukur sekali, sulit mewujudkannya jika tak punya banyak uang. Terlebih aku tinggal di Lampung, di pelosoknya pula,” kata lelaki yang dikenal sebagai disket berjalan di Band Iwan Fals, karena banyak paham lagu-lagu Iwan Fals ini.Iwan Fals adalah orang yang terbuka menurutnya. Bagi Iwan bermusik mesti bisa dirasakan betul dan tidak hambar. “Justru inilah yang saya sukai dari Iwan Fals. Katanya: Den, hati-hati dengan tempo, ketukan juga mesti pas, tidak terlampau keras atau terlalu pelan,” tambah lelaki yang dasar musiknya adalah keroncong ini, mengutip pernyataan Iwan jika sedang latihan.Iwan tidak membiarkannya tenggelam dalam kesalahan atau ketidakharmonisan dalam memainkan musik. “Saya memang lebih suka seperti itu. Saya dan Sonata sering diberi masukan oleh Mas Iwan,” kata penyuka lagu-lagu God Bless dan Boomerang ini.Pesan pribadinya, terutama agar Iwan Fals terus berkarya. “Jangan berhenti. Karena sesungguhnya, karya itu adalah titipan Tuhan, yang dititipkan untuk disuarakan ke khalayak,” pungkasnya.

Minggu, 27 Oktober 2013

Kijang Super


Kijang Super (1986 )

Pada tahun 1986 model generasi ketiga diproduksi. Kijang generasi ini bentuknya lebih dinamis pada lekukannya sehingga tampak lebih modern. Model ini sampai saat ini masih sering terlihat di jalanan di Indonesia meski tidak lagi diproduksi. Hal ini menujukkan bahwa mesin kijang super cukup tangguh dan tahan lama.
Pada generasi ini, konsep kijang sebagai kendaraan niaga  mulai bergeser menjadi kendaraan keluarga. Kijang generasi sebelumnya juga dimodifikasi sebagai kendaraan keluarga. Pada masa ini, bisa dikatakan sebagai generasi kejayaan Kijang sebagai mobil keluarga, terutama sebelum banyak mobil penumpang impor meramaikan pasar kendaraan di Indonesia. Saat itu juga merupakan puncak dominasi Toyota Kijang atas model-model kendaraan lain yang tidak mempunyai hidung dimana Kijang menjadi pilihan kuat konsumen saat itu. Toyota mengeluarkan dua tipe Kijang pada generasi ini yakni tipe Kijang Super (1986-1992) dan Kijang Grand (1992-1996) .
SEBAGAI BERIKUT KIJANG SUPER:






Rabu, 23 Oktober 2013


Budi Cilok si Pengamen yang Punya Album 'Sewajarnya'

Jumat, 30 Agustus 2013 01:01 WIB
Budi Cilok si Pengamen yang Punya Album 'Sewajarnya'
ist
Budi Cilok 
 - Budi Cilok adalah penggemar loyal Iwan Fals, yang kebetulan timbre atau warna suara-nya dekat sekali dengan Iwan Fals. Maka, tatkala dilakukan audisi oleh Produser Rekaman dan pencinta musik asal Cimahi, Ainul Hidayat, pada awalnya Budi ragu, “Apa pendapat orang jika saya nyanyi dianggap niru suara Bang Iwan Fals? Saya nyaris frustrasi,” pengakuan Budi.
Pertanyaan ini tahunan mengganggu batin pria gagah bernama asli Budi Mulyono ini. Sampai suatu hari ia berkonsultasi pada musisi senior Heirrie Buchaery, yang akhirnya membuat aransemen 4 lagu,
"Warna suara itu berkah Allah, kamu harus optimalkan. Menurut saya, karakter vokal Budi tetap beda dengan Iwan Fals, terutama jika diolah untuk beda. Kebetulan saya pernah menggarap rekaman Iwan Fals, jadi tahu harus dibawa kemana album Budi Cilok ini, “ ungkap Haery Buchaery.
Heirrie Buchaery, Sonata, Deny Kurniawan, dan Edi Daromi adalah para musisi senior yang pernah mendukung rekaman dan panggung musik Iwan Fals, lantas ditugasi Ainul Hidayat buat menangani rekaman Budi Cilok,
"Agar penggemar Iwan Fals juga gak salah persepsi dengan lahirnya album Sewajarnya dari Budi Cilok, ini benar-benar keinginan kami untuk mengisi ruang dengar industri rekaman Indonesia. Jika mereka yang menangani rekamannya, hasilnya pasti beda, “ ujar Ainul Hidayat, yang kemudian merilis album ‘Sewajarnya’ Budi Cilok melalui bendera ‘Aura Enterprise’.
Dengan label rekaman ini, Ainul telah menghasilkan 4 album.
Tentang karakter vokal yang ‘dekat’ dengan warna suara Iwan Fals mari kita simak nomor ‘Sepertiga Malam’ karya Budi Cilok dengan musik garapan Sonata. Suara rendah Budi yang terdengar ‘tebal’, lumayan dekat dengan karakter vokal Iwan Fals. Lagu ini bertema balada, musik bertutur.
Juga pada lagu ‘Rapuh Bertahan’ ( Budi Cilok ) yang berwarna ballad rock, masih ada pengaruh Iwan Fals. Tapi Budi Cilok mampu mengeluarkan karakternya sendiri, tatkala berpacu pada lagu-lagu berwarna rock yang tegas, bahkan ada unsur metal-nya, seperti ‘Rombak’ ( ciptaan dan aransemen Sonata ), yang ‘rock banget; dengan memasang gitar berdistorsi pada interlude ( tengah lagu )-nya.
Pada lagu ‘Pergerakan’ ciptaan Budi Cilok, musik oleh Budi, Babong, Rudal dan Paunk, yang bertema protes sosial, warna speed metal dihadirkan .
"Saya suka juga musik metal, lagu ini buat ke panggung, “ kata Budi.
Yang menarik adalah, ditampilkannya lagu ‘Syukur’ ( ciptaan Theo Singgih ), tema religinya pas sekali tatkala album Budi Cilok ini dirilis pas Idhul Fitri 1434 H…..Lagu ini terdengar ngepop, minimalis, agak dominan bunyi gitarnya. Lagu sejenis ini juga terdengar pada ‘Titik Mimpi’ ( Sonata ) dan ‘Sewajarnya’ ( Budi Cilok ) yang dominan dengan gitar akustik.
‘Pemusik Jalanan’ Sejak Kelas 4 SD
Album Sewajarnya yang dirilis ‘Aura Enterprise’ pada tengah tahun ini cukup menggetarkan industri rekaman, karena setelah album selesai diproduksi, ada test case pasar pada kemampuan penetrasi album Budi Cilok dan clan-nya memasuki pasar rekaman dan panggung.
“Sampai Juli lalu, sedikitnya telah 3 kali Budi Cilok dan band-nya tampil di panggung, terutama di Jawa Barat, penonton suka pada penampilan Budi Cilok, “ kata Heirrie Buchaery, musisi yang ditugasi mengawal panggung Budi.
“Karena musik balada dan rock, memang harus banyak ditonton di panggung, gak cuma didengar, “ lanjut Ainul Hidayat, Eksekutif Produser.
Sejauh ini, Budi telah siap lahir batin,
“Saya telah siapkan band sendiri untuk manggung, sedapat mungkin menghindari nyanyi dengan minus one. Tampil live dengan band terasa lebih nyaman dan hidup, “ pendapat Budi Cilok.
Untuk launching album-nya secara resmi di Rolling Stone CafĂ© Jakarta, 29 Agustus ini, Budi akan tampil 9 - 12 lagu, terutama dalam sessi performance malam hari. Budi akan tampil juga main gitar sambil menyanyi untuk lagu ber-genre ballad rock, “Biar karakter baladanya akan tegas, kaya lagu-lagunya God Bless atau Bang Iwan Fals, “ ujar Budi yang menggemari Iwan Fals, Ian Antono dan Harry Roesli ini.
Budi Mulyono alias Budi Cilok lahir di Bandung 28 Mei 1978. Pada Bens Leo ia mengaku mulai menjadi pemusik jalanan sejak usia 10 tahun saat duduk di kelas 4 SD,
“Saya menyanyi, ngamen dengan gitar di atas bus, angkot bahkan bus antar kota di Bandung, Cimahi dan Jakarta sejak kelas 4 SD sampai sekitar tahun 1998. Di Jakarta saya banyak berkumpul dengan Pemusik Jalanan di Bulungan, Jakarta Selatan, meski tak resmi bergabung dengan Kelompok Penyanyi Jalanan-nya Anto Baret yang bermarkas di Wapress Bulungan, " papar Budi.
Di Bandung, Budi banyak mendengar upaya almarhum Harry Roesli membina para Pemusik Jalanan belia, tapi Budi Cilok merasa tak beruntung, karena tak pernah berguru langsung dengan Harry Roesli, ‘
"Tapi upaya Kang Harry membina Pemusik Jalanan kaya kami, banyak memberi spirit saya berkarya, dan bermimpi bisa rekaman, akhirnya saya bisa rekaman 2 album bersama band Kampunkan yang saya bentuk di Cimahi bersama kawan satu visi, " kata Budi.
Dan album solo Sewajarnya adalah album ketiga Budi Cilok.
Kedekatannya dengan Iwan Fals dibuktikan dengan ikut membangun OI Bandung pada seputar tahun 1998. Melalui program acara wawancara radio Panggung Musik Indonesia yang dipandu Bens Leo, dua hits single ‘Sepertiga Malam’ dan ‘Titik Mimpi’ mulai banyak masuk airplay radio daerah dan banyak request ( permintaan ) buat diputar, terutama di radio swasta di Jawa dan Kalimantan. Dua lagu ini juga merupakan single yang telah siap promo melalui video klip-nya, yang disutradarai oleh clip maker dari Bandung.

Jumat, 11 Oktober 2013

12 Fakta Tersembunyi Dari Iwan Fals Sebagai

12 Fakta Tersembunyi Dari Iwan Fals Sebagai Berikut!!

1. Sebelumnya nama Iwan Fals memiliki ejaan yang berubah-ubah. Dalam beberapa album lamanya pernah memakai ejaan IWAN FALES, IWAN PALES, IWAN FALLS, IWAN FALSE. Hingga akhirnya disederhanakan oleh pihak recording menjadi Iwan Fals saja. Pada album lamanya juga pernah dicantumkan nama asli (Virgiawan Listanto) sebagai pencipta lagu.

2. Sebelum album ‘Sarjana Muda’ (1981), Iwan Fals sebenarnya sudah pernah rilis beberapa album. Tetapi sekarang tidak ada satupun yang bisa ditemukan di record store. Semuanya jadi collector item yang diburu para penggemar fanatiknya. Karya-karya yang musik dan liriknya sangat sederhana tersebar dibeberapa album yaitu ‘Yang Muda Yang Bercanda’, ‘Canda Dalam Nada’, ‘Canda Dalam Ronda’, ‘Perjalanan’ dan ‘Tiga Bulan’. Bisa dihitung hanya beberapa yang masih memiliki dan merawat album-album ini.

3. Lagu ‘Kemesraan’ adalah karya dari Franky dan Jhony Sahilatua yang pada awalnya dinyanyikan oleh duet legendaris Franky dan Jane. Namun pada masa itu lagu ini tidak terlalu populer. Kemudian Iwan Fals ditawari untuk menyanyikan kembali bersama Titiek Hamzah. Lagi-lagi karya ini tidak terlalu dikenal. Baru kemudian pada tahun 1988 lagu ini dinyanyikan bersama-sama penyanyi lain yang tergabung dalam Musica Studio seperti Chrisye (alm), Rafika Duri, Betharia Sonata dan sebagainya dan menjadi lagu yang populer dan legendaris. Lagu Kemesraan versi terakhir ini adalah titik awal populer nya lagu gaya ‘keroyokan’ di Indonesia yang saat itu memang sedang menjadi trend. Karya ini sampai sekarang menjadi lagu ‘wajib’ perkumpulan ibu-ibu atau acara seremonial lainnya.

4. Iwan Fals pernah membuat lagu berjudul ‘Anissa’ yang intinya bercerita tentang kelahiran putri keduanya (Anissa Cikal Rambu Bassae) dimana banyak peristiwa yang terjadi selama masih didalam kandungan. Sedianya lagu ini masuk dalam album ‘Aku Sayang Kamu’ pada tahun 1986. Namun tidak jadi dimasukkan dengan alasan pihak recording (Musica Studio) tidak mau mengambil resiko menampilkan lagu dengan lirik yang keras. Kalau kita baca sampul album ‘Aku Sayang Kamu’, pada bagian penata musik terdapat kata-kata Anissa namun lagu ini tidak pernah ada. Lagu ini sempat diputar di radio tetapi hanya sebentar. Beberapa fans fanatik beruntung bisa mendapat rekamannya dan menjadikan koleksi yang berharga.

5. Iwan Fals pernah mengusulkan nama ‘Septiktank’ sebagai nama grup band yang akan dibentuk pada tahun 1989 bersama Jabo, Yockie, Naniel, Nanoe, Innisisri, Totok Tewel dan Tatas. Namun beberapa personil menolaknya sehingga dilakukan lotere. Dan terpilihlah nama ‘Swami’ yang merupakan usulan dari Jabo. Ini plesetan dari kata ‘suami’ karena mereka semua sudah beristri. Nama Swami dan Iwan Fals tidak bisa dilepaskan dan melahirkan single hits yang begitu fenomenal sepanjang masa yaitu lagu ‘Bento’.

6. Pitat Haeng, sebuah nama yang mungkin asing ditelinga kita. Tapi tahukah anda, nama ini adalah nama samaran yang digunakan Iwan Fals. Nama ini dipakainya ketika menciptakan lagu yang cukup terkenal di era 90-an berjudul ‘Pak Tua’ untuk Elpamas sebuah grup band, dan pernah digunakan ketika membantu album ‘Bukan Debu Jalanan’ (1991) milik Sawung Jabo. “Pitat Haeng itu bahasa slengnya Jogja untuk Iwan Fals. Pitat itu Iwan, Haeng itu Fals. Dia pake nama itu karena nggak mau orang lain membeli album saya karena ada namanya. Dia punya pikiran yang baek”, kata Jabo. Iwan Fals suka membuat karya untuk orang lain dengan nama samaran. Dan kemungkinan masih ada beberapa nama yang belum pernah diketahui.

7. Album ‘Cikal’ (1991) adalah salah satu album solo paling dahsyat dalam sejarah karir Iwan Fals. One of Iwan Fals’s loose albums. Terdapat sentuhan jazz dalam beberapa lagu seperti ‘Proyek 13’ dan ‘Cendrawasih’. Kemampuan Iwan Fals menulis lirik disini benar-benar mengagumkan. Album ini hanyalah sebagian dari kejeniusan seorang Iwan Fals. Ini adalah album dimana Iwan Fals menanggalkan bayang-bayang Bob Dylan, dan dia melakukan dengan sempurna.

8. Album 'Hijau' adalah album Iwan Fals yang ‘melawan arus’. Namun album yang keluar pada tahun 1992 ini sangat istimewa, baik pengerjaan musik, lirik, maupun kisah dibalik prosesnya. Iwan Fals sempat akan membakar master album ini sebelum diproduksi. Alasannya Iwan Fals merasa tersinggung albumnya ditawar-tawar oleh dua produser dari Harpa Record dan Prosound yang bersaing ketat membeli master album ini. Setelah album ‘1910’ (1988), Iwan Fals tidak dikontrak lagi dengan Musica Studio. Akhirnya master album ini dibeli oleh Prosound seharga Rp.365 juta termasuk sampul yang dibuat Dik Doang dan video klip. Bayangkan nilai segitu pada 1992. Sayangnya album yang mengusung musik kontemporer berkualitas tinggi ini tidak terlalu laku. Bukan album yang mudah dikonsumsi telinga pendengar biasa. Dan lebih tepatnya bisa dibilang hanya yang mengerti musik yang bisa mengatakan album ini luar biasa.

9. Iwan Fals hanya membutuhkan gitar akustik dan harmonika untuk menghasilkan sebuah album yang mengagumkan dan luar biasa. Pada album ‘Belum Ada Judul’ (1992) dia kembali ke gaya awal. Walaupun karya Iwan Fals di album ini mengingatkan kembali pada karya-karya Bob Dylan, terutama tiupan harmonikanya, tetap saja kalau bicara soal album akustik ini adalah karya Iwan Fals yang paling maksimal dari yang pernah ada. Album ini direkam secara live hanya selama 6 (enam) jam.

10. Iwan Fals kembali mengusulkan nama nyeleneh untuk grup band barunya. Ia pernah mengusulkan nama ‘Duda’ untuk band yang formasinya tidak jauh beda dengan grup ‘Swami’ yang telah lama vakum. Namun usul itu ditolak, dan akhirnya sepakat menggunakan nama ‘Dalbo’ yang berarti anak genderuwo. Album ini meluncur pada tahun 1993.

11. Kalau diperhatikan, beberapa tahun terakhir ini kita tidak pernah mengetahui apa merk gitar atau alat musik lainnya yang digunakan oleh Iwan Fals juga musisi pendukung dalam setiap konsernya. Semua merk atau logo baik yang ada di alat musik dan sound system selalu ditutupi atau dihilangkan. Hal yang sama juga berlaku pada background panggung yang bersih dari sponsor.

12. Album ‘Manusia Setengah Dewa’ (2004) adalah sebuah album akustik Iwan Fals yang mengingatkan kembali kepada album ‘Belum Ada Judul’ (1992). Album ini sempat mendapat protes karena tampilan gambar di covernya. Album ini dikerjakan secara live dan memakan waktu 2 (dua) bulan. Yang menarik disini adalah, setelah proses rekaman sudah final dan siap diproduksi, Iwan Fals baru sadar kalau dia lupa memainkan harmonika. Untuk mengulang lagi jelas memakan waktu, akhirnya album ini total hanya menampilkan permainan gitar akustik Iwan Fals.

Misteri Kematian Galang Rambu Anarki








KETIKA Galang lahir pada 1 Januari 1982 si bapak, yang perasaannya campur-aduk karena pertama kali merasakan diri jadi ayah—merasa harus bertanggung jawab, merasa mencintai, heran, bahagia, bangga punya keturunan dan sebagainya—menciptakan lagu berjudul Galang Rambu Anarki. Lagunya cukup terkenal dan masuk album Opini (1982).

Galang tumbuh jadi anak cerdas. Endi Aras sering main tembak-tembakan dengan Galang. Muhamad Ma’mun punya karakter rekaan yang sering diceritakannya pada Galang. Namanya “Gringgrong”—seorang jagoan “kayak Tarzan” yang bisa mengalahkan harimau, naik kuda, dan mengalahkan musuh. Tiap kali Ma’mun datang menginap, cerita Gringgong ditagih Galang. Di Condet hanya ada dua kamar, “Kalau saya nginep, Galang tidur sama bapaknya,” kata Ma’mun.

Ketika beranjak remaja, Ma’mun melihat Galang badannya bagus, berbentuk. Galang bukan tipe anak hura-hura. Kalau minta uang paling buat bayar taksi pergi ke sekolah. “Untuk beli-beli dia nggak punya uang,” kata Iwan. Galang juga besar tekadnya. Suatu saat Galang, yang belum bisa menyetir mobil dan tak punya surat izin mengemudi, ingin bisa mengendarai mobil. Solusinya? Galang mengendarai mobil sekaligus dari Jakarta ke Pulau Bali!

Tapi kekerasan Galang suatu hari membuat Iwan angkat tangan. Dia datang ke Ma’mun, “Mas gimana nih, Galang nggak mau sekolah lagi?”
“Terus maunya apa?”
“Embuh, main musik atau buka bengkel.”

Galang memutuskan keluar dari SMP Pembangunan Jaya di Bintaro, yang terletak dekat rumah dan termasuk salah satu sekolah mahal di Jakarta. Iwan sering pindah rumah dan waktu itu tinggal di Bintaro. Hingga Leuwinanggung ia sudah pindah rumah 12 kali. Usia Galang 14 tahun dan sedang memproduksi rekamannya yang pertama bersama kelompok Bunga. Iwan tak bisa berbuat banyak dan membiarkan Galang putus sekolah.

Galang pernah juga kabur meninggalkan rumah. Dalam pelarian, menurut Iwan, Galang melihat poster dan foto papanya di mana-mana. “Dia merasa diawasi,” kata Iwan. Galang merasa tak bisa lari dan kembali ke rumah.
Suatu saat Iwan curiga. Iwan bertanya, “Lang, lu pakai ya?”
Mau apa tahu Pa?” kata Galang, ditirukan Iwan.

Iwan menganggap dirinya sudah insyaf. Kok Galang yang memakai? Iwan merasa Galang meniru papanya. Mula-mula rokok lalu obat. Endi Aras mengatakan Iwan agak teledor kalau menyimpan ganja atau merokok.

Galang menerangkan dia hanya mencoba. Rasanya pusing serta teler. “Ya udah, kalau sudah tahu ya udah,” kata Iwan.
Kebetulan Galang punya pacar, seorang cewek gaul bernama Inne Febrianti, yang juga keberatan Galang memakai obat-obatan. Inne mendorong Galang tak memakai obat-obatan.
Dia bukan pemakai. Dia sangat cinta pada keluarganya. Kontrol diri sangat kuat,” kata Iwan.


Kamis malam 24 April 1997 sekitar pukul 11:00 malam Galang pulang ke rumah, setelah latihan main band. Dia makan lalu pamit pada papanya mau tidur. Mamanya lagi tak enak badan. Iwan masih mendengar Galang telepon-teleponan.
Subuh sekitar 4:30 Kelly Bayu Saputra, sepupu Galang yang tinggal di sana, mau mengambil sisir di kamar Galang. Kelly memanggil Galang tapi tak bangun. Kelly mendekati Galang dan menggoyang-goyangkan badannya. Lemas. Kelly kaget. Dia mengetuk kamar Yos. Yos bangun dan menemukan Galang badannya dingin. “Saya turun ke bawah, panggil Iwan,” kata Yos.

Keluarga heboh. Iwan terpukul sekali. Pagi itu saudara-saudaranya datang. Mereka menghubungi semua kerabat dan teman. Leo Listianto, adik Iwan, menelepon Ma’mun di Karawaci. “Saya masih tidur, antara percaya, tidak percaya,” kata Ma’mun.
Sepuluh menit kemudian, Ma’mun ditelepon Dyah Retno Wulan, adiknya Leo, biasa dipanggil Lala, juga memberitahu Galang meninggal. “Saya bengong,” kata Ma’mun. Dia segera menuju Bintaro.


Fidiana menerima telepon dari Ari Ayunir. Fidiana membangunkan Iwang Noorsaid, suaminya, “Wang, ini ada berita duka … Galang meninggal.” Mereka agak tak percaya karena beberapa hari sebelumnya pasangan ini bertamu ke Bintaro dan melihat Galang mondar-mandir. Mereka mencoba telepon ke Bintaro tapi nada sibuk. Mereka menelepon Herri Buchaeri, Endi Aras, dan beberapa rekan lain sebelum naik mobil ke Bintaro.

Endi Aras mengatakan, “Pagi-pagi aku dapat kabar. Iwang Noorsaid yang telepon.” Endi sampai di Bintaro sekitar pukul 5:30. “Aku ikut memandikan (jasad Galang),” kata Endi.
Ketika Iwan memandikan jasad anaknya, dia berujar berkali-kali, “Galang, kamu sudah selesai, Papa yang belum ... Lang, kamu sudah selesai, Papa yang belum ..…” Kalimat itu diucapkan Iwan berkali-kali.
Ma’mun dirangkul Iwan. “Jagain Mas, jagain anak-anak Mas,” kata Iwan, seakan-akan hendak mengatakan ia sendiri kurang menjaga anaknya dengan baik.

Yos histeris, menangis ketika saya peluk. ‘Aduh, anak saya sudah meninggal mendahului saya,’” kata Fidiana. Iwan tak banyak bicara, menunduk, menangis, dan hanya bilang “terima kasih” kepada tamu-tamu. “Kepada kita dia nggak ngomong sama sekali,” kata Fidiana.

Galang dimakamkan di mana? Ada usul pemakaman Tanah Kusir dekat Bintaro. Iwan emosional, ingin memakamkan Galang di rumahnya. Bagaimana aturannya? Iwan pun memutuskan menelepon kyai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dari Nahdlatul Ulama. Saat itu Gus Dur belum jadi presiden Indonesia. Iwan menganggap Gus Dur “guru mengaji” yang terbuka, tempat orang bertanya. Gus Dur mengerti hukum Islam maupun hukum pemerintahan.

Gus Dur dalam telepon menjelaskan dalam aturan Islam diperbolehkan memakamkan jenazah di rumah. Pemakaman bergantung wasiat almarhum atau keinginan keluarga. Tapi di Jakarta tak bisa memakamkan orang di rumah sendiri karena keterbatasan lahan. “Di Jakarta nggak bolehkalau Bogor boleh.”

Kata “Bogor” itu mengingatkan Iwan pada Leuwinanggung. Keluarga pun memutuskan Galang dimakamkan di Leuwinanggung.


Menurut Harun Zakaria, seorang tetangga Iwan di Leuwinanggung, yang juga menjaga kebun Iwan, dia dihubungi Lies Suudiyah, ibunda Iwan. “Bu Lies datang ke sini. Dia bilang, ‘Cucunda meninggal. Tolong di sini kuburannya,” kata Harun.

Jenazah disemayamkan dulu di masjid Bintaro. Sekitar 2.000 jamaah salat Jumat di masjid itu ikut menyembahyangkan Galang. Banyak seniman, tetangga, kenalan Iwan, dan Yos datang menyampaikan duka. Setiawan Djody, W.S. Rendra, Ayu Ayunir, Jalu, Totok Tewel, Jockie Suryoprayogo, juga tampak di sana. Spekulasi wartawan maupun pengunjung memunculkan gosip bahwa dada Galang kelihatan biru. Galang digosipkan overdosis. Ini merambat ke mana-mana karena tubuh Galang kurus ceking.

Orang sebenarnya tak tahu persis penyebab kematian Galang karena tak ada otopsi terhadap jenazahnya. Kawan-kawan Iwan memilih diam. Mereka merasa tak nyaman mengecek spekulasi overdosis kepada orangtua yang berduka. Kresnowati pernah diberitahu Yos bahwa penyebab kematian Galang penyakit asma. Fidiana mengatakan beberapa hari sebelum kematian, Yos mengatakan Galang lagi sakit-sakitan. Iwan mengatakan pada saya, fisik Galang “agak lemah” dan “Galang lemah di pencernaan.”

memang sampe saat ini kematian galang masih menjadi misteri,antara sakit dan obat2an terlarang.

Walpaper Iwan Fals


wall iwan konserWall Belum Ada JudulMata Dewaiwan walp 17wall SarMudIwan CelotehIwan Setel Gitar Iwan TolehIwan Kantata