Budi Cilok si Pengamen yang Punya Album 'Sewajarnya'
ist
Budi Cilok
Pertanyaan ini tahunan mengganggu batin pria gagah bernama asli Budi Mulyono ini. Sampai suatu hari ia berkonsultasi pada musisi senior Heirrie Buchaery, yang akhirnya membuat aransemen 4 lagu,
"Warna suara itu berkah Allah, kamu harus optimalkan. Menurut saya, karakter vokal Budi tetap beda dengan Iwan Fals, terutama jika diolah untuk beda. Kebetulan saya pernah menggarap rekaman Iwan Fals, jadi tahu harus dibawa kemana album Budi Cilok ini, “ ungkap Haery Buchaery.
Heirrie Buchaery, Sonata, Deny Kurniawan, dan Edi Daromi adalah para musisi senior yang pernah mendukung rekaman dan panggung musik Iwan Fals, lantas ditugasi Ainul Hidayat buat menangani rekaman Budi Cilok,
"Agar penggemar Iwan Fals juga gak salah persepsi dengan lahirnya album Sewajarnya dari Budi Cilok, ini benar-benar keinginan kami untuk mengisi ruang dengar industri rekaman Indonesia. Jika mereka yang menangani rekamannya, hasilnya pasti beda, “ ujar Ainul Hidayat, yang kemudian merilis album ‘Sewajarnya’ Budi Cilok melalui bendera ‘Aura Enterprise’.
Dengan label rekaman ini, Ainul telah menghasilkan 4 album.
Tentang karakter vokal yang ‘dekat’ dengan warna suara Iwan Fals mari kita simak nomor ‘Sepertiga Malam’ karya Budi Cilok dengan musik garapan Sonata. Suara rendah Budi yang terdengar ‘tebal’, lumayan dekat dengan karakter vokal Iwan Fals. Lagu ini bertema balada, musik bertutur.
Juga pada lagu ‘Rapuh Bertahan’ ( Budi Cilok ) yang berwarna ballad rock, masih ada pengaruh Iwan Fals. Tapi Budi Cilok mampu mengeluarkan karakternya sendiri, tatkala berpacu pada lagu-lagu berwarna rock yang tegas, bahkan ada unsur metal-nya, seperti ‘Rombak’ ( ciptaan dan aransemen Sonata ), yang ‘rock banget; dengan memasang gitar berdistorsi pada interlude ( tengah lagu )-nya.
Pada lagu ‘Pergerakan’ ciptaan Budi Cilok, musik oleh Budi, Babong, Rudal dan Paunk, yang bertema protes sosial, warna speed metal dihadirkan .
"Saya suka juga musik metal, lagu ini buat ke panggung, “ kata Budi.
Yang menarik adalah, ditampilkannya lagu ‘Syukur’ ( ciptaan Theo Singgih ), tema religinya pas sekali tatkala album Budi Cilok ini dirilis pas Idhul Fitri 1434 H…..Lagu ini terdengar ngepop, minimalis, agak dominan bunyi gitarnya. Lagu sejenis ini juga terdengar pada ‘Titik Mimpi’ ( Sonata ) dan ‘Sewajarnya’ ( Budi Cilok ) yang dominan dengan gitar akustik.
‘Pemusik Jalanan’ Sejak Kelas 4 SD
Album Sewajarnya yang dirilis ‘Aura Enterprise’ pada tengah tahun ini cukup menggetarkan industri rekaman, karena setelah album selesai diproduksi, ada test case pasar pada kemampuan penetrasi album Budi Cilok dan clan-nya memasuki pasar rekaman dan panggung.
“Sampai Juli lalu, sedikitnya telah 3 kali Budi Cilok dan band-nya tampil di panggung, terutama di Jawa Barat, penonton suka pada penampilan Budi Cilok, “ kata Heirrie Buchaery, musisi yang ditugasi mengawal panggung Budi.
“Karena musik balada dan rock, memang harus banyak ditonton di panggung, gak cuma didengar, “ lanjut Ainul Hidayat, Eksekutif Produser.
Sejauh ini, Budi telah siap lahir batin,
“Saya telah siapkan band sendiri untuk manggung, sedapat mungkin menghindari nyanyi dengan minus one. Tampil live dengan band terasa lebih nyaman dan hidup, “ pendapat Budi Cilok.
Untuk launching album-nya secara resmi di Rolling Stone Café Jakarta, 29 Agustus ini, Budi akan tampil 9 - 12 lagu, terutama dalam sessi performance malam hari. Budi akan tampil juga main gitar sambil menyanyi untuk lagu ber-genre ballad rock, “Biar karakter baladanya akan tegas, kaya lagu-lagunya God Bless atau Bang Iwan Fals, “ ujar Budi yang menggemari Iwan Fals, Ian Antono dan Harry Roesli ini.
Budi Mulyono alias Budi Cilok lahir di Bandung 28 Mei 1978. Pada Bens Leo ia mengaku mulai menjadi pemusik jalanan sejak usia 10 tahun saat duduk di kelas 4 SD,
“Saya menyanyi, ngamen dengan gitar di atas bus, angkot bahkan bus antar kota di Bandung, Cimahi dan Jakarta sejak kelas 4 SD sampai sekitar tahun 1998. Di Jakarta saya banyak berkumpul dengan Pemusik Jalanan di Bulungan, Jakarta Selatan, meski tak resmi bergabung dengan Kelompok Penyanyi Jalanan-nya Anto Baret yang bermarkas di Wapress Bulungan, " papar Budi.
Di Bandung, Budi banyak mendengar upaya almarhum Harry Roesli membina para Pemusik Jalanan belia, tapi Budi Cilok merasa tak beruntung, karena tak pernah berguru langsung dengan Harry Roesli, ‘
"Tapi upaya Kang Harry membina Pemusik Jalanan kaya kami, banyak memberi spirit saya berkarya, dan bermimpi bisa rekaman, akhirnya saya bisa rekaman 2 album bersama band Kampunkan yang saya bentuk di Cimahi bersama kawan satu visi, " kata Budi.
Dan album solo Sewajarnya adalah album ketiga Budi Cilok.
Kedekatannya dengan Iwan Fals dibuktikan dengan ikut membangun OI Bandung pada seputar tahun 1998. Melalui program acara wawancara radio Panggung Musik Indonesia yang dipandu Bens Leo, dua hits single ‘Sepertiga Malam’ dan ‘Titik Mimpi’ mulai banyak masuk airplay radio daerah dan banyak request ( permintaan ) buat diputar, terutama di radio swasta di Jawa dan Kalimantan. Dua lagu ini juga merupakan single yang telah siap promo melalui video klip-nya, yang disutradarai oleh clip maker dari Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar